MAKALAH
PERIODE - PERIODE PERKEMBANGAN KESEHATAN MASYARAKAT
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Epidemiologi
Dosen pengampu: Ns. Sri hartini M.Kep
Kelas/prodi:
3B PSIK
Disusun Oleh kelompok II:
1. Hengki soni aditya
2. Uliz zuhafa
3. Dyah Eviana
4. Khulafaurrosyidah
5. Nailul Himmah
6. Siti maryati
7. Intan Leni melani
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2012
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, penulis akhirnya mampu menyelesaikan tugas menyusun makalah ini yang bertujuan untuk memenuhi syarat mengikuti mata kuliah Epidemiologi yang berjudul “Periode – periode Perkembangan Kesmas”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan kemampuan yang ada pada diri penulis. Kendatipun begitu penulis telah berusaha sekuat tenaga untuk mengolah data, menganalisa data yang akhirnya tersusunlah makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis mengalami sedikit hambatan yakni kurangnya buku referensi yang mendukung. Namun atas pertolongan Allah SWT serta dorongan dan dukungan sahabat-sahabat hambatan tersebut tidak begitu berarti bagi penulis.
Penulis tidak bekerja sendiri dalam menyusun makalah ini, oleh sebab itu perkenankankah penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr.Muchtadi,M.Sc., selaku Ketua Stikes Cendekia Utama Kudus
2. Ibu Ns.Biyanti Dwi W,S,Kep., selaku ketua Prodi PSIK
3. Ibu Sri Hartini M.kep selaku dosen pengampu mata kuliah epidemiologi
Penulis menyadari bahwa dalam menyusunan makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar memberi pengarahan menuju perbaikan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi pembaca, paling tidak sebagai studi pembanding dengan makalah lain.
Kudus, Oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN/JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
3.1 definisi
BAB III KAJIAN PUSTAKA
3.1 periode perkembangan kesehatan masyarakat
3.2 Ruang lingkup kesehatan Masyarakat
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu keperawatan merupakan gabungan ilmu kesehatan masyarakat dan social dengan mendukung serta aktif masyarakat sehingga memberi keterkaitan. Lingkungan merupakan factor yang paling dominan memperngaruhi kesehatan masyarakat, karena dilingkunganlah manusia mengadakan proses kehidupannya. Dimana kondisi tersebut sangat mempengaruhi kehidupannya.
Dengan demikian kesehatan sangatlah ditentukan oleh kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat merupakan tujuan dari keperawatan khususnya keperawatan kesehatan masyarakat.
Perawatan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memperthankan dan meningkatkan kesehatan, serta memberikan bantuan dalam kehidupan sehari-hari. Sejarah panjang perkembangan masyarakat, tidak hanya dimulai pada munculnya ilmu pengetahuan saja, melainkan sesudah dimulai sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan modern. Oleh sebab itu kami akan menguraikan perkembangan kesehatan masyarakat pada periode tertentu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Definisi Kesehatan Masyarakat
2. Periode perkembangan Kesehatan Masyarakat
3. Ruang lingkup kesehatan masyarakat
1.3 Tujuan Penulisan
Umum:
Agar mahasiswa mengetahui tentang periode - periode perkembangan kesehatan masyarakat
Khusus:
1. Supaya mahasiswa mengetahui definisi kesehatan dari para ahli keperawatan
2. Agar mahasiswa mengetahui kapan periode perkembangan kesehatan meuncul dan berkembang
3. Supaya mahasiswa memahami ruang lingkup kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat.
Banyak sekali definisi yang telah dirumuskan oleh para ahli keperawatan diantaranya:
WORLD HEALTH ORAGANIZATION (WHO, 1945)
kesehatan masyarakat adalah ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial guna meningkatkan kesehatan, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, dan pencegahan penyakit .
AMERICAN NURSE ASSOSIATION (1973)
kesehatan masyarakat adalah sebagai suatu lapangan khusus dibidang keperawatan, dimana teknik perawat, keterampilan serta hubungan anggota profesi kesehatan lain untuk memelihara kesehatan.
RAPAT KERJA KEPERAWATAN KESEHATAN MSYARAKAT (1990)
Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu bidang keperawatan yang merupakan panduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitative secara menyeluruh dan terpadu.
Dari berbagai definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan masyarakat adalah bidang khusus dari keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu social yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan diberikan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit melalui ipaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitative dengan melibatkan peran serta masyarakat bersama team kesehatan lain untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat (Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat 1998).
BAB III
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Periode Perkembangan Kesehatan Masyarakat
Adapun Periode Perkembangan Kesehatan Masyarakat Antara lain:
1. Periode Perkembangan Kesehatan Masyarakat Di Luar Negeri
Perkembangan Kesehatan Masyarakat tidak terlepas dari sejarah Kesehatan Masyarakat (Public Health), yaitu tidak terlepas dari dua tokoh mitologi Yunani Asclepius atau Aesculapius dan Higea. Aesculapius adalah seorang dokter pertama, yang tampan dan pandai telah melakukanpengobatan bahkan bedah dengan prosedur yang baik (pengobatan penyakit). Sedangkan Higea adalah asistennya yang cantik dan melakukan pencegahan penyakit dan mengajarkan kepada masyarakat untuk hidup bersih, melaksanakan hidup seimbang, kebersihan diri menghindari dari makanan dan minuman yang kotor dan beracun, makan makanan yang bergizi dan cukup istirahat.
Pada akhirnya kedua orang ini akhirnya menjadi suami istri. Mengabungkan dua aliran kesehatan yang berbeda tapi tidak saling bertentangan, saling behubungan satu sama lain.
a. Abad Pertama sampai Abad Ketujuh.
Pada masa ini berbagai penyakit menyerang penduduk. Di berbagai tempat terjadi endemik atau wabah penyakit. Bahkan begitu banyaknya penyakit menular dan, oleh karena itu kesehatan masyarakat makin dirasakan pentingnya. Penyakit kolera menjalar dari Inggriske Afrika, kemudian ke Asia (khususnya Asia Barat dan Asia Timur) dan akhirnya sampai ke Asia Selatan. Pada Abad ke 7 India menjadi pusat endemik kolera. Selain kolera penyakit lepra menyebar dari Mesir ke Asia Kecil dan Eropa melalui. Upaya-upaya yang dilakukan adalah perbaikan lingkungan yaitu higiene dan sanitasi, pengusahaan air minum yang bersih, pembuangan sampah, ventilasi rumah telah menjadi bagian kehidupan masyarakat waktu itu.
b. Abad ke-13 sampai abad ke-17.
Pada masa ini kejadian endemik yang paling dasyat terjadi di China dan India, diperkirkan 13 juta orang meninggal. Catatan lain di India, Mesir dan Gaza 13.000 orang meninggal setiap harinya, atau selamah wabah tersebut jumlah kematian mencapai 60 juta orang. Pertistiwa tersebut dikenal dengan ’The Black Death’. Pada abad tersebut Kolera juga menjadi masalah di beberapa tempat. Tahun 1603 terjadi kematian 1 diantara 6 orang karena penyakit menular. Tahun1965 meningkat menjadi 1 diantara 5 orang. Tahun 1759 tercatat penyakit-penyakit lain yang mewabah diantaranya Dipteri, Tifus, dan Disentri.
2. Periode Perkembangan Kesehatan Masyarakat Di Indonesia
Masa pra kemerdekaan. Pada tahun 1807 Gubernur Jendral Daendels melakukan pelatihan praktik persalinan pada para dukun bayi, upaya ini dilakukan dalam rangka penurunan angka kematian bayi tertinggi waktu itu.
Pada tahun 1851 didirikan sekolah dokter Jawa di Batavia yaitu STOVIA (School Tot Oplelding van Indiche Arsten) atau sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913 didirikan sekolah dokter yang ke dua di surabaya dengan nama NIAS . Pada tahun 1927 STOVIA berubah menjadi Sekolah Kedokteran Dan Akhirnya Sejak Berdirinya Universitas Indonesia tahun 1947 berubah menjadi fakultas kedokteran universitas Indonesia. Kedua sekolah dokter tersebut mempunyai andil yang sangat besar dalam menghasilkan tenaga dokter yang mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia.
Tahun 1888 di Bandung didirikan Pusat Laboratorium Kedokteran. Pada Tahun 1913 didirikan Sekolah Dokter Belanda yaitu di Surabaya. Penyebab kesakitan dan kematian yang terjadi di Banyumas adalah kondisi sanitasi, lingkungan dan perilaku penduduk yang sangat buruk. Hydric kemudian mengembangankan percontohan kesehatan.
Masa orde lama pada tahun 1951 konsep bandung Plan diperkenalkan oleh dr. Y. Leimena dan dr. Patah, yaitu konsep pelayanan yang menggabungkan antara pelayanan kuratif dan preventif. Tahun 1956 didirikanlah oleh dr. Y. Sulianti di Lemah Abang, yaitu model pelayanan kesehatan pedesaan dan pusat pelatihan tenaga. Kemudian didirikan Health Centre (HC) di 8 lokasi, yaitu di Indrapura (Sumut), Bojong Loa (Jabar), Salaman (Jateng), Mojosari (Jatim), Kesiman (Bali), Metro (Lampung), DIY dan Kalimatan Selatan. Pada tanggal 12 November 1962 Presiden Soekarno mencanangkan program pemberantasan malaria dan pada tanggal tersebut menjadi Hari Kesehatan Nasional (HKN).
Perkembangan Promosi Kesehatan tidak terlepas dari perkembangan sejarah Kesehatan Masyarakat di Indonesia dan dipengaruhi juga oleh perkembangan Promosi Kesehatan International, yaitu secara seremonial di Indonesia di mulai program Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) pada tahun 1975, dan tingkat Internasional Deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang Primary Health Care.
a. Masa Orde Baru.
Konsep Bandung Plan terus dikembangkan, tahun 1967 diadakan seminar konsep Puskesmas. Pada tahun 1968 konsep Puskesmas ditetapkan dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional dengan disepakatinya bentuk Puskesmas yaitu Tipe A, B & C. Kegiatan Puskesmas saat itu dikenal dengan istilah ’Basic’. Ada Basic 7, Basic 13 Health Service yaitu : KIA, KB, Gizi Mas., Kesling, P3M, PKM, BP, PHN, UKS, UHG, UKJ, Lab, Pencatatan dan Pelaporan. Pada tahun 1969, Tipe Puskesmas menjadi A & B. Pada tahun 1977 Indonesia ikut menandatangi kesepakatan Visi : ”Health For All By The Year 2000”, di Alma Ata, negara bekas Federasi Uni Soviet, pengembangan dari konsep ” Primary Health Care”. Tahun 1979 Puskesmas tidak ada pen’Tipe’an, dan dikembangkan piranti manajerial Perencanaan dan penilaian Puskesmas yaitu ’ Micro Planning’ dan Stratifikasi Puskesmas. Pada tahun 1984 dikembangkan Posyandu, yaitu pemngembangan dari pos penimbangan dan karang gizi. Posyandu dengan 5 programnya yaitu, KIA, KB, Gizi, Penangulangan Diare dan Imunisasi
3. Periode sebelum ilmu pengetahuan
Pada periode ini masyarakat belum terlalu memahami arti pentingnya kesehatan dalamkehidupannya dalam sehari-hari, ini ditandai dengan adanya peraturan tertulis yang mengatur pembuangan limbah kotoran yang tujuan awalnya tidak untuk kesehatan tetapi karena limbahmenimbulkan bau tidak sedap. Namun lama-lama mereka makin menyadari pentingnyakesehatan masyarakat setelah timbulnya berbagai macam penyakit menular menyerang sebagian penduduk dan menjadi epidemi bahkan telah menjadi endemi. Contohnya kolera namun upaya pemecahan masalah secara menyeluruh belum dilakukan
4. Periode Ilmu Pengetahuan kesehatan masyarakat (Scientific Period).
Sejarah panjang perkembangan masyarakat, tidak hanya dimulai pada munculnya ilmu pengetahuan saja melainkan sudah dimulai sebelum berkembangnya ilmu pengetahuanmodern. Oleh sebab itu, akan sedikit diuraikan perkembangan kesehatan masyarakat sebelum perkembangan ilmu pengetahuan (pre-scientific period) dan sesudah ilmu pengetahuan itu berkembang (scientific period)
Penyakit-penyakit yang muncul bukan saja dilihat sebagai fenomena biologis yang sempit, tetapi merupakan suatu masalah yang komplek. Pada masa ini juga ditemukan berbagai macam vaksin dan bahan disinvektans. Vaksin Cacar oleh Luis Pasteur, Asam Carbolic untuk sterilisasai ruangan operasi ditemukan oleh Joseph Lister, Ether untuk Anestesi oleh Williem Marton, dsb.
Tahun 1832 di Inggris terjadi epidemic Kolera. Parlemen Inggris menugaskan Edmin Chadwich, seorang pakar sosial untuk memimpin penyelidikan penyakit tersebut. Atas laporanya tersebut Parlemen Inggris mengeluarkan UU tentang upaya-upaya peningkatan kesehatan penduduk, termasuk sanitasi lingkungan dan tempat kerja, pabrik, dsb. John Simon diangkat oleh pemerintah Inggris untuk menangani masalah kesehatan.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai dikembangkan pendidikan tenaga kesehatan. Tahun 1883 Sekolah Tinggi Kedokteran didirikan oleh John Hopkins di Baltimore AS, dengan salah satu departemennya adalah Departemen Kesehatan Masyarakat. Tahun 1908 sekolah kedokteran mulai menyebar di Eropa, Kanada, dsb. Dari segi pelayanan masyarakat, pada tahun 1855 untuk pertamakalinya pemerintah AS membentuk Departemen Kesehatan yang merupakan peningkatan dari Departemen Kesehatahn Kota yang sudah terbentuk sebelumnya. Tahun 1972 dibentuk Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika (American Public Health Association) (Kesehatan Masyarakat Ilmu dan seni. 2007).
2.2 RUANG LINGKUP KESEHATAN MASYARAKAT
Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama ilmu kesehatan masyarakat antara lain:
a. Biostatistik/statistic kesehatan
Data /informasi yang berkaitan dengan masalah kesehatan
Contoh :
Sarana kesehatan, cakupan imunisasi, dll
b. Kesehatan lingkungan
suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia. Contoh : Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran, Pembuangan Sampah Padat
c. Administrasi kesehatan masyarakat
kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan pelayanan kesehatan sebaik-baiknya sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. dibedakan menjadi :
1. perencanaan termasuk perencanaan pembiayaan
2. Pengorganisasian, yang didalamnya termasuk penyusunan staff
3. pelaksanaan, yang didalamnya termasuk pengerahan, pengkoordinasian
4. penilaian, yakni dalam rangka melihat apakah rencana yang telah disusun dapat dicapai atau tidak.
d. Gizi msyarakat
Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar.
e. Kesehatan kerja
Ilmu kesehatan kerja mendalami masalah hubungan dua arah antara kesehatan,hubungan antara status kesehatan pekerja dengan kemampuan untuk melakukan tugas yang harus dikerjakan,menurut ILO dan WHO merupakan promosi dan pemeliharaan kesehatan fisik mental dan social pekerja pada jabatan apapun dengan sebaik-baiknya.
Rencana upaya tindakan pengendalian untuk memperbaiki kondisi kerja antara lain terdiri atas:
1. Rancang ulang proses dan prosedur ulang
2. Ganti dengan bahan yang kurang berbahaya
3. Mengurangi intensitas bahaya
4. Melindungi atau menyeleksi pekerja terhadap bahaya
5. Membuat ventilasi untuk membuang atau mengencerkan rancun di udara
6. Menyediakan pakaian pelindung.
Ada beberapa tugas tambahanahli higine kerja, antara lain adalah
1. Mendidik dan melatih pekerja dan manajemen mengenai bahaya di tempat kerja dan mengenai penyelenggaraan prosedur yang tepat untuk mengurangi resiko
2. Memasang label dan kalimat peringatan dalam menangani bahan secara selamat
3. Memebantu perencanaan pembangunan bangunan baru dan revolusi bangunan lama untuk mengurangi resiko pada kerja
4. Memelihara catatan pengukuran data lingkungan secara cermat supaya mudah dicari jika diperlukan.
Mayarakat sebagai seni atau praktiknya mempunyai bentangan yang luas. Semua kegiatan baik yang langsung maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), atau kuratif adalah upaya kesehatan masyarakat. Misalnya Pembersihan lingkungan, penyediaan air bersih, pengawasan makanan, perbaikan gizi, penyelenggaraan kesehatan masyarakat, pengelolaan sampah dan limbah, pemberantasan sarang nyamuk.
Secara garis besar, upaya-upaya yang dapatdikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain:
1. Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular
2. Perbaikan sanitasi lingkungan
3. Pendidikan (penyuluhan) kesehatan
4. Pengawasan obat dan minuman
5. Kesehatan ibu dan anak
(Notoatmojo Soekidjo .16)
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki danmeningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat.menurut WHO kesehatan masyarakat adalah ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial guna meningkatkan kesehatan, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, dan pencegahan penyakit .
perawatan kesehatan masyarakat adalah bidang khusus dari keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu social yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan diberikan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit melalui ipaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitative dengan melibatkan peran serta masyarakat bersama team kesehatan lain untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat.
Periode perkembangan kesehatan masyarakat di luar negeri tak terlepas dari dua tokoh mitologi yunani asclepius atau aesculapius dan higea. Abad pertama sampai abad ketujuh. Penyakit kolera menjalar dari Inggriske Afrika, kemudian ke Asia (khususnya Asia Barat dan Asia Timur) dan akhirnya sampai ke Asia Selatan. Abad ke-13 sampai abad ke-17, Pertistiwa tersebut dikenal dengan ’The Black Death’. Pada abad tersebut Kolera juga menjadi masalah di beberapa tempat. Tahun 1603 terjadi kematian 1 diantara 6 orang karena penyakit menular. Periode perkembangan kesehatan masyarakat di indonesia masa pra kemerdekaan. Pada tahun 1807 Gubernur Jendral Daendels melakukan pelatihan praktik persalinan pada para dukun bayi. Periode ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat (scientific period). Sejarah panjang perkembangan masyarakat, tidak hanya dimulai pada munculnya ilmu pengetahuan saja melainkan sudah dimulai sebelum berkembangnya ilmu pengetahuanmodern. Ruang lingkup kesehatan masyarakat meliputi Episemiologi, Biostatistik/statistic kesehatan,Kesehatan lingkungan, Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku, Administrasi kesehatan masyarakat, Gizi msyarakat, Kesehatan kerja.
1.2 Saran
1. Sebagai mahasiswa kesehatan , kita harus tahu perode – periode perkembangan kesehatan masyarakat muncul.
2. Para tenaga kesehatan khususnya perawat seharusnya dapat memahami tentang kesehatan masyarakat dan bisa mengaplikasikan di lingkungannya.
3. Hendaknya para mahasiswa giat belajar agar bisa menanggulangi permasalahan kesehatanmasyarakat yang sangat banyak saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dr Budi candra. 2007. Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta: EGC
Effendi,Nasrul . 1998. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Jakarta: Buku kedokteran EGC
http://langgengdw.wordpress.com
Harrington,J.M. 2003. Buku Saku Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC
Notoatmojo Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka cipta
Friday, 17 January 2014
Apa Itu SIDS (Sudden Infant Death Syndrome)..???
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap ibu menginginkan bayinya dalam keadaan sehat
tanpa gangguan apapun dalam pekembangan bayinya. Namun dalam perkembangannya,
bayi dan balita juga tidak lepas dari hambatan perkembangan seperti beberapa
sindrom yang menyebabkan terhambatnya perkembangan bahkan dapat menyebabkan
kematian speperti kasus SIDS.
SIDS atau
bila diterjemahkan sindroma kematian mendadak adalah kematian mendadak pada
bayi berusia kurang dari 1 tahun. Walaupun telah dilakukan autopsi secara menyeluruh,
penyebab kematiannya tidak jelas. SIDS sering juga di sebut cribe death. SIDS
adalah penyebab utama kematian bayi postneonatal.
Cacat
biologis juga memungkinkan bayi rentan selama periode kritis dalam
perkembangannya terhadap beberapa pengalaman yang memicu SIDS, seperti terkena asap
rokok, terkena kafein saat prenatal, atau tidur dengan posisi tengkurap.
Para dokter menyarankan agar bayi tidak tidur di permukaan lembut, seperti
bantal, selimut tebal, atau kulit binatang dan di bawah seprai atau selimut,
yang terutama saat bayi tengkurap karena penelitian menunjukkan bukti kuat
mengenai hubungan antara SIDS dan tidur tengkurap. Tidur miring juga tidak baik
bagi bayi karena saat bayi ditidurkan secara miring akan berpindah keposisi
tengkurap. Sebaiknya bayi ditidurkan terlentang karena menghasilkan sedikit
hambatan sementara dalam perkembangan keterampilan motorik yang membutuhkan
kekuatan tubuh bagian atas seperti berguling, duduk, merangkak, dan berjalan.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis merasa tertarik untuk menyusun
makalah ini agar dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada masyarakat
sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya bayi meninggal mendadak.
1.2
Tujuan
1.
Untuk mengetahui dan memahami pengertian SIDS
2.
Untuk mengetahui dan memahami etiologi SIDS
3.
Untuk mengetahui dan memahami faktor resiko SIDS
4.
Untuk mengetahui dan memahami gambaran klinis SIDS
5.
Untuk mengetahui dan memahami diagnosa SIDS
6.
Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan dan tes SIDS
7.
Untuk mengetahui dan memahami pencegahan SIDS
8.
Untuk mengetahui dan memahami penanganan SIDS
9.
Untuk mengetahui dan memahami konseling kepada orang
tua
1.3
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian SIDS?
2.
Apa etiologi SIDS?
3.
Apa faktor resiko SIDS?
4.
Apa gambaran klinis SIDS?
5.
Apa diagnosa SIDS?
6.
Bagaimana pemeriksaan dan tes SIDS?
7.
Bagaimana pencegahan SIDS?
8.
Bagaimana penanganan SIDS?
9.
Bagaimana konseling kepada orang tua?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Sindrom kematian mendadak pada bayi atau Sudden
Infant Death Syndrome (SIDS) adalah kematian mendadak bayi usia di bawah 1
tahun tanpa sebab yang diketahui.
SIDS (Sudden Infant Death Syndrome )
merupakan sindroma kematian mendadak pada bayi. Hal ini bisa saja terjadi pada
bayi yang tadinya sehat tidak sakit sedikitpun, namun tiba-tiba ditemukan dalam
keadaan meninggal tanpa diketahui penyebabnya.
Sindroma Kematian Bayi Mendadak (SIDS) adalah suatu
kematian yang mendadak dan tidak terduga pada bayi yang tampaknya sehat.
Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) atau bila diterjemahkan menjadi
sindroma kematian
bayi mendadak diartikan sebagai kematian mendadak pada bayi berusia kurang
dari 1 tahun yang tidak dapat dijelaskan penyebab kematiannya baik setelah
dilakukan otopsi menyeluruh, pemeriksaan tempat kematian dan pemeriksaan riwayat medis bayi dan
keluarganya. Jika telah dilakukan ketiga pemeriksaan
itu dan masih tidak dapat dijelaskan penyebab kematian mendadaknya maka
disimpulkan penyebab kematiannya adalah SIDS.
SIDS terjadi pada bayi sehat pada saat ditidurkan
tiba-tiba meninggal beberapa jam kemudian. SIDS terjadi kurang lebih 4 dari
1000 kelahiran hidup, insidens puncak dari SIDS pada bayi usia 2 minggu dan 1
tahun.
2.2 Etiologi
SIDSterjadi pada saat bayi tidur dan berdasarkan statistik 90% terjadi pada bayi
usia di bawah 6 bulan. 15-20% terjadi pada pusat perawatan bayi. Secara pasti
penyebabnya belum diketahui, namun beberapa ahli telah melakukan penelitian dan
mengemukakan ada beberapa penyebab dari SIDS yaitu:
1. Jeda pernafasan karena apnea dan
sianosis.
Jeda pernafasan karena
apnea dan sianosis yang lama selama tidur telah diobservasi pada dua bayi yang
kemudian dianggap meninggal karena SIDS dan telah diamati pula adanya obstruksi
saluran nafas bagian atas dengan jeda pernafasan serta bradikardia yang lama
pada bayi-bayi dengan SIDS abortif. Walaupun demikian masih belum pasti apakah
apnea sentral atau apnea obstruktif yang lebih penting dalam terjadinya SIDS.
2. Cacat batang otak.
Sedikitnya dua kepingan
bukti telah mengisyaratkan bahwa bayi-bayi dengan SIDS memiliki abnormalitas
pada susunan saraf pusat.
3. Fungsi saluran nafas atas yang abnormal
Berdasarkan pada
perkembangan dan anatomi, bayi yang muda dianggap beresiko tinggi terhadap
saluran pernafasan bagian atas, apakah keadaan ini terjadi pada SIDS masih
belum di ketahui.
4. Reflek saluran nafas yang hiperreaktif.
Disebabkan karena
masuknya sejumlah cairan ke dalam laring dapat merangsang timbulnya reflek ini
dan diduga menimbulkan apnea, maka diberikan perhatian yang cukup besar akan
kemungkinan reflek gasoesofagus dan aspirasi sebagai mekanisme primer
terjadinya SIDS pada beberapa bayi.
5. Abnormalitas jantung.
Beberapa ahli
mengajukan adanya ketidakstabilan pada jantung muda, tetapi belum mendapatkan
bukti yang meyakinkan saat ini untuk menunjukan bahwa aritmia jantung memainkan
peranan pada SIDS.
2.3
Faktor Resiko
1.
Prenatal
(sebelum lahir) :
a. Ibu
yang merokok,
pecandu alkohol
dan heroin
b. Nutrisi prenatal yang tidak mencukupi
c. Hamil
pada usia muda
d. Ibu
kelebihan berat badan
e. Jenis
kelamin
laki-laki
2.
Postnatal
(sesudah lahir) :
a. Bayi Lahir
Prematur atau BBLR.
Bayi yang lahir
prematur atau bayi yang lahir cukup bulan tetapi bayi lahir dengan berat badan
rendah (BBLR) berisiko 50% lebih besar mengalami SIDS. Tingginya risiko bayi
prematur mengalami SIDS karena seluruh sistem organ tubuhnya terutama
paru-parunya belum mencapai tahap pematangan yang cukup, sehingga belum siap
berfungsi menopang kehidupan di luar rahim ibu. Bayi dengan kondisi seperti ini
sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan secara teratur ke dokter anak
untuk memantau perkembangan fungsi organ-organnya.
b. Posisi
Tidur Tengkurap
Memiliki persentasi terbesar penyebab bayi berusia
kurang dari 12 bulan meninggal mendadak. Menurut penelitian, bayi yang
mengalami SIDS akibat tidur tengkurap ini umumnya adalah bayi berusia kurang
dari 6 bulan, karena sistem pernapasannya belum matang atau bekerja
dengan sempurna. Bila bayi ditidurkan dalam posisi tengkurap, akibatnya bayi
akan alami sesak napas. Sebaiknya pilih posisi tidur bayi sesuai dengan kondisi
bayi.
c. Menyusui Sambil Tidur
Posisi menyusui sambil
tiduran kerap menyebabkan ASI tidak masuk ke dalam saluran pencernaan,
melainkan masuk ke saluran pernapasan. Keadaan ini akan menyebabkan bayi gumoh,
dan cairan gumoh bisa menyebabkan bayi kesulitan bernapas bila masuk ke dalam
saluran pernapasan. Selain itu kebiasaan menyusui sambil tiduran, membuat ibu
tertidur saat menyusui lalu tanpa disadari tubuhnya jatuh menimpa bayi,
sehingga bayi mengalami kesulitan bernapas sampai akhirnya meninggal.
d. Tidak
disendawakan
Berdasarkan hasil riset
ketika bayi gumoh, cairan gumoh bisa masuk ke dalam saluran napas, sehingga
bayi kesulitan bernapas. Para dokter menganjurkan orang tua untuk menyendawakan
bayi setelah diberi ASI atau disendawakan ditengah proses pemberian ASI.
Bersendawa membuat udara yang tertelan oleh bayi ketika menyusui ke luar dari
perutnya.
e.
Kadar
Neurotransmitter Serotonin Rendah.
Bayi meninggal akibat
SIDS ternyata memiliki kadar Neurotransmitter Serotonin rendah (kadar
normal 101-283 nanogram/milliliter) pada bagian batang otak, medula oblongata.
Medula oblongata berfungsi untuk mengontrol pernapasan, suhu tubuh, tekanan
darah, dan detak jantung. Keadaan ini terjadi karena faktor genetik, sehingga
tidak ada upaya yang dapat dilakukan untuk mencegahnya.
f. Asap Rokok.
Bayi yang memiliki
orang tua perokok, terbukti memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami SIDS
dibandingkan bayi yang orang tuanya bukan perokok. Bayi dengan orang tua
perokok akan menghisap karbondioksida (CO2). Banyaknya volume karbondioksida
yang dihisap oleh bayi perokok pasif ini menjadi faktor penyebab meningkatnya
gangguan pada sistem pernapasan yang menyebabkan bayi meninggal mendadak.
g. Temperatur
ruangan yang meningkat atau pada musim dingin.
h. Pembedongan
yang berlebihan, pakaian yang berlebihan.
i. Tidak
disusui.
j. Bayi
dengan kelebihan berat badan atau obesitas.
2.4 Gambaran Klinis
1. Tidak
dapat diprediksi, tidak dapat dicegah dan kejadian yang tidak dapat dijelaskan.
Bayi terlihat sehat tanpa ada distress atau penyakit lain sebelum kejadian.
2. Kematian
timbul cepat pada saat bayi tidur.
3. Bayi
tidak menangis.
4. Bayi
biasanya gizi baik dan sehat sebelum meninggal.
2.5 Diagnosa
Semakin
banyak bukti bahwa bayi dengan resiko SIDS mempunyai cacat fisiologik sebelum
lahir. Pada neonatus dapat di temukan nilai APGAR yang rendah dan abnormalitas
kontrol respirasi, denyut jantung dan suhu tubuh, serta dapat pula mengalami
retardasi pertumbuhan pasca natal. SIDS didiagnosis jika seorang bayi yang
tampaknya sehat tiba-tiba meninggal dan hasil otopsi, pemeriksaan tempat kematian dan pemeriksaan riwayat medis bayi dan
keluarganya tidak menunjukkan adanya penyebab kematian yang jelas.
2.6 Pemeriksaan dan Tes
1. Tes
laboratorium postmortem (setelah meninggal) semuanya dalam keadaan normal.
2. Autopsy
untuk mengetahui apakah ada abnormalitas pada CNS/SSP, jantung, paru, organ
lainnya atau adanya infeksi.
3. Investigasi
pada tempat kejadian antara lain wawancara orang tua, pengasuh, dan anggota
keluarga lain, mengumpulkan bukti dari tempat kejadian dan mengevaluasi
informasi tersebut.
Anamnesa yang bisa
ditanyakan pada orang tua dan pengasuh antara lain dimana bayi ditemukan, posisi
bayi saat ditemukan, kapan bayi terakhir dicek, kapan terakhir bayi makan atau disusui,
bagaimana bayi saat tidur, apakah ada tanda-tanda bayi sakit menjelang
kematian, dan apakah ada riwayat minum obat sebelumnya.
2.7 Pencegahan
1. Orangtua
tidak diperkenankan merokok di dekat bayi. Keracunan asap nikotin sangat
berbahaya bagi kondisi paru -paru dan jantung bayi.
2. Tidak
membiarkan bayi tidur sendirian tanpa pengawasan berkala. Sebaiknya orang tua sering-sering memperhatikan posisi tidur bayi. Hal ini terutama pada bayi yang sudah mulai
bisa tengkurap dan aktif bergerak.
3. Hindari
penggunaan selimut ringan di tubuhnya bila bayi sudah bisa mengangkat kaki,
sering terjadi selimut tertarik kearah wajah dan menutup hidung bayi.
4. Pakaikan
pakaian tidur lengkap kepada bayi sehingga tidak perlu lagi untuk menggunakan
selimut. Tetapi seandainya tetap diperlukan selimut sebaiknya kaki bayi berada
di ujung ranjangnya, selimutnya tidak lebih tinggi dari dada si bayi, dan ujung
bawah selimut yang ke arah kaki bayi diselipkan di bawah kasur atau matras
sehingga terhimpit.
5. Memeluk
bayi atau menyusui bayi dalam kondisi mengantuk berat sebaiknnya dihindari,
bahaya bila hidung bayi tertindih payudara ibu dan tidak bisa bernafas.
6. Jangan
meninggalkan bayi dalam posisi tidur tengkurap dalam waktu lama tanpa
pengawasan, sebaiknya tidurkan bayi terlentang.
7. Menidurkan
bayi di dalam boks harus dipastikan tidak ada kisi-kisi atau celah yang dapat
membuat bayi terjepit maupun terjatuh.
8. Tidak
membiarkan bayi kedinginan karena dibaringkan di lantai dengan alas tipis,
terkena kipas angin, atau suhu AC yang dingin (suhu aman AC untuk bayi
baru lahir berkisar antara 28 atau 29), kenakan topi pada kepala bayi, sarung
kaki dan tangan. Suhu tubuh bayi < 36,50C atau > 37,50C
perlu diwaspadai.
9. Pastikan
dalam kamar bayi cukup sirkulasi udara, tidak menggunakan pengharum
ruangan atau obat nyamuk sprayer maupun bakar di ruang tidur bayi. Begitu pula
kamar yang masih berbau cat, tidak baik untuk pernafasan bayi.
10. Tidak
diperbolehkan mengganjal dot bayi pada mulutnya dengan alasan apapun, sebaiknya
memberi minum bayi harus dalam keadaan bayi bangun, dan dipangku dengan
posisi setengah duduk kemudian disendawakan sebelum ditidurkan untuk mencegah
bayi tersedak dan gumoh.
11. Suhu
kamar yang pengap dan panas bukan tempat yang aman untuk menidurkan bayi.
12. Tidak
diperkenankan membawa bayi berlama-lama di bengkel atau di tempat parkir
yang penuh sesak kendaraan bermotor. Asap kendaraan sangat bahaya bagi paru-paru
bayi. Bila ingin belanja di pusat perbelanjaan, ibu yang menggendong bayi
sebaiknya tidak ikut masuk ke area parkir.
13. Menggendong
bayi dengan kain dan bepergian dalam waktu tempuh yang jauh dan lama sebaiknya
dihindari. Angin yang kencang dan berada dalam selimut selama perjalanan sangat
berisiko bayi kekurangan oksigen.
14. Perhatikan
gerak gerik kakaknya yang masih kecil saat berada didekatnya walau mungkin sedang
ingin mengajaknya bermain.
15. Bila
di rumah bayi ditinggalkan bersama pengasuh atau pembantu, sampaikan pesan tips
menjaga keselamatan bayi ini dan cara menghubungi ibu atau keluarga terdekat bila
terjadi sesuatu.
2.8
Penanganan
1. Saat
di Rumah
Hubungi bagian gawat
darurat rumah sakit, jika ada orang tua atau pengasuh yang pernah diajarkan CPR
(Cardiopulmonary Resuscitation) bayi, harus segera dilakukan CPR sebelum
paramedis datang atau sebelum sampai di rumah sakit.
2. Saat
Tiba Paramedis
Oleh tim emergency
sesuai pediatric advanced life support protocols yaitu penanganan dengan
melakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru) dengan langkah-langkah A-B-C yaitu:
a.
Airway (Jalan Nafas)
1) Buka
jalan napas.
Miringkan kepala ke
belakang, angkat dagu dengan posisi jari di belakang tulang rahang, kemudian
buka mulut menggunakan ibu jari di belakang gigi geraham terakhir.
2) Lihat,
dengar, dan rasakan pernapasan.
3) Hisap
cairan sekresi atau muntah.
4) Masukkan
alat bantu jalan napas.
Memasang selang
nasofaring, guedel, atau ETT (Endotracheal Tube).
b.
Breathing (Pernapasan)
1) Beri
oksigen murni, nilai kembali pernapasan setelah jalan napas dibebaskan.
2) Berikan
napas buatan bila pasien tidak bernapas dengan beberapa cara yaitu ambu bag ke
sungkup, mulut ke sungkup, mulut ke mulut (dengan penghalang kasa), atau
ambubag ke ETT .
3) Lanjutkan
pernapasan 10-12 kali per menit sampai pasien bernapas spontan.
c.
Circulation (Peredaran Darah)
1) Periksa
nadi karotis (bila tidak ada denyut, lakukan kompresi dada).
2) Letakkan
tangan degan posisi tumit tangan pertama pada bagian tengah, pertengahan bawah
dada di antara putting, tangan kedua di atasnya.
3) Lakukan
kompresi (tekan sternum 4-5 cm atau 1,5-2 inci). Bila 1 penolong, berikan 15
kompresi dalam 10 detik diikuti dengan 2 napas buatan. Bila 2 penolong, berikan
5 kompresi dalam 3 detik diikuti dengan 1 napas buatan.
4) Hentikan
RJP setelah 1 menit dan setiap 1-2 menit untuk memeriksa pernapasan spontan dan
denyut nadi.
5) Lanjutkan
RJP sampai pasien merespon atau minimal 30 menit.
6) Pasang
monitor EKG bila tersedia, dan lanjutkan RJP.
2.9
Konseling Kepada Orang Tua
1. Berikan
dukungan dan dorongan kepada orang tua, biarkan orang tua mengungkapkan rasa
dukanya.
2. Berikan
penjelasan mengenai SIDS bahwa tidak ada tanda atau gejala yang dapat dikenali
atau dicegah dan berikan kesempatan kepada orang tua untuk mengungkapkan
pertanyaan mereka.
3. Beri
pengertian pada orang tua bahwa perasaan yang mereka rasakan adalah hal yang
wajar dan jangan menyalahkan diri sendiri karena kehilangan anak akibat SIDS
bukan kesalahan orang tua.
4. Jika
kemudian
ibu melahirkan bayi lagi, beri dukungan pada orang tua selama beberapa
bulan pertama paling tidak sampai melewati usia bayi yang meninggal
sebelumnya.
5. Bantu
orang tua untuk mengatur jadwal untuk melakukan konseling.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) atau bila diterjemahkan menjadi
sindroma kematian
bayi mendadak diartikan sebagai kematian mendadak pada bayi berusia kurang
dari 1 tahun yang tidak dapat dijelaskan penyebab kematiannya baik setelah
dilakukan otopsi menyeluruh, pemeriksaan tempat kematian dan pemeriksaan riwayat medis bayi dan
keluarganya. Meskipun belum diketahui secara pasti penyebab
SIDS, namun ada beberapa cara pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya SIDS.
3.2 Saran
Meskipun
sindroma ini terjadi kurang lebih 4 dari 1000 kelahiran hidup, diharapkan setiap
orang tua tidak menganggap remeh sindroma ini karena sekarang jumlah kasusnya
lumayan banyak dan dapat berakibat vatal pada bayi. Oleh sebab itu, diperlukan
perhatian yang khusus oleh orang tua dalam merawat bayinya.