Wednesday, 30 April 2014

pathway hidrosefalus


pathway hidrosefalus hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinalis (CSS) secra aktif yang menyebabkan di latasi sisitem otak dimana terjadi
akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid
keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat ketidak seimbangan antara produksi dan reabsorsi dari CSS
hidrosefalus bisa di sebabkan oleh beberapa sebab yaitu
1. meningitis
 akibat dari meningiti akan menyebabkan terbentuknya jaringan parut, sehingg jaringan parut tersebut akan mengganggu aliran
CSS & absorsi CSS di filli arachnoid sehingga cairan CSS menumpuk di otak
2. kongenital
stenosis akuaduktus sylvii akan menyebabkan penyempitan pad saluran CSS, sehingga ciran CSS tidk dapat mengalir yang akibatnya
akan terjadi penumpukn cairan CSS di otak
3. neoplasma
akibat terjadiny poliferasi sel secara abnormal tentunya akan menghambat sirkulasi dari cairan CSS
4. trauma
perdarahan akibat dari trauma mengakibtkan cairan CSS semakin kental dan sirkulasi cairan CSS akan terganggu

pada anak-anak yang terkena hidrosefalus yang suturanya masih terbuka akan menyebabkan pembesaran lingkar kepala, bila terjadi pada
orang dewasa yang suturanya sudah tertutup akan menyebakan penekanan jaringan otak sehingga TIK nya meningkat. Efek dari peningkatan dari
TIK penderita akan merasa nyeri kepala, mual, muntah, tidak nafsu makan dll
untuk lebih jelasnya liaht gambar di atas atau download gambar di atas
caranya download pathway hidrosefalus klik gambar di atas terus klik save image as atau copy image as

pathway meningitis

Pathway Meningitis , Meningitis merupakan peradangan pada selapu meningen ( selaput yang membungkus otak), Meningitis bisa di sebabkan oleh oleh bakteri yang bersal dari pembuluh darah, bakteri yag berada di dekat daerah meningen seperti mastoiditis.
peradangan pada meningen ( meningitis ) akan mengakibatkan terganggunya sirkulasi dari Cairan Serebro Spinal ( CSS) sehingga cairan akan menumpuk dan bisa menyebabkan Tekanan Intra Kranial meningkat serta Hidrosefalus.
Peningkatan Intra Kranial akan mengakibatkan mual, muntah, nyeri pada kepala serta gangguan neurologi.



pathway gastritis

Pathway Gastritis, Gastritis merupakan sebuah inflamasi pada mukosa lambung yang bersifat akut dan kronik, Gastritis bisa di akibatkan oleh beberapa penyebab di antaranya adalah alkohol , strees serta obat-obatan.
sekresi asam lambung yang naik turun akan mengakibatkan iritasi pada mukosa lambung sehingga akan terasa nyeri pada daerah epigastrik.
gangguan mobilitas gastroistestinal akan menyebabkan refluks gaster deodenum sehingga akan mengalami nafsu makan yang berkurang atau anoreksia, mual serta muntah.
berikut adalah postingan saya mengenai pathway gastritis semoga bermanfaat buat anda.

ASKEP KANKER PAYUDARA

ASKEP KANKER PAYUDARA - Carsinoma Mammae adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel pada jaringan mammae yang tidak normal/abnormal yang terbatas yang bertumbuh perlahan karena suplai limpatik yang jarang ketempat sekitar jaringan mamae yang banyak mengandung banyak pembuluh limfe dan meluas dengan cepat dan segera bermetastase.
Penyakit kanker payudara/mammae adalah penyakit keganasan yang berasal dari struktur parenchim payudara. Paling banyak berasal dari efitel duktus laktiferus (70 %), efitel lobulus (10%) sisanya sebagian kecil mengenai jaringan otot dan kulit payudara, kanker payudara/mammae tumbuh lokal ditempat semula, lalu selang beberapa waktu menyebar melalui saluran limfe (penyebaran sisitemik) keorgan vital lain seperti paru-paru, tulang, hati, otak dan kulit.

Etiologi Kanker Payudara
Karsinoma mammae secara pasti tidak diketahui penyebabnya tapi pencetus yang sering disebabkan olah estorogen yang lebih dikenal sebagai estorogen dependent mengandung eseptor  yang mengikat estradiol, suatu tife esterogen yang pertumbuhnya diangsang oleh esterogen, karena reseptor ini tidak muncul pada jaringan payudara yang normal

Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala paling dini adalah berupa tumbuhnya benjolan pada daerah mamae,
Klasifikasi TNM Kanker Payudara/mammae
Tahapan ukuran tumor
Keterlibatan nodul
Metatasis
I kurang dari 2 cm
Tidak aa NO
Tidak ada (MO)
II Kurang dari 5 cm (T1 dan T2)
Axillary nodes dapat berpindah (N1)
Tidak ada (MO)
III lebih dari 5 cm dengan invai kulit atau melebar pada dinding dada
Axillary nodes tetap atu dpat berpindah (N dan N2)
Tidak ada (MO)
IV setiap ukuran
Setiap nodes
Ya (M1)
Prognosa
Prognosa kanker payudara dlam hal pencapaiansurvival yang tinggi dan perbaikan kualitas idup dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor prognostik primer antara lain :
  1. Status kelenjar getah ening (lympa node  status) : jum;ah kelenjar getah bening invasi kapsul
  2. Diameter tumor (tumor size) : diametr tumor mempunyai korelasi dengan penyebarannya kelenjar getah bening
  3. Hormon reseptor (HR) status : esterogen reseptor (ER), progesteron reseptor (PR)
  4. Histopathology status : nuclear rade, histologic grade
  5. S-phase: indeks profilasi sell
  6. DNA ploidy : ondeks diploid dan undiploid cell
  7. HER-2 /new reseptor(C-er B-2 reseptor
  8. P53
  9. Epiermal growth faktor reseptor (EGFR)
  10. Cathepsin D
  11. Angiognesis
  12. Umur
  13. Staadium panyakit

D.    Penatalaksanaan Ca Mammae/kanker payudara

1.    Pembedahan
Terapi bedah  bertujuan kuratif dan paliatif
Jenis terapi : lokal /lokoregional
Jenis terapi : terapi utama /terapi tambahan
Prinsif terapi kuratif bedah
Pengangkatan sel kanker secara kuratif dapat dilakukan dengan cara :
•    Modified radikal mastektomi
•    Breast conversing treatment (BCT) ± rekontruksi payudara
•    Tumorrektomi /lumpektomi /kuadran tektomi /parsial mastektomi ± diseksi axsila
Pengobatan bedah kuratif dilakukan pada kanker payudara dini (stadium 0, I, dan II), dan pegobatan paliatif bedah adalah dengan mengangkat kanker payudara secara makroskopis dan masih meninggalkan sel kanker secara mikroskopis  dan biasanya dilakukan pada stadium II dan IV dan juga untk mengurangi keluhan-keluhan penderita baik perdarahan, patah tulang dan pengobatan ulkus

Tife-tife  pembedahan untuk membuang ca mammae
•    Lympectomi     :
Pembuangan sederhana benjolan tumor
•    Mastektomi parsial :
pembuangan tumor dan 2,5 – 7,5 cm (1 sampai3 inci) jaringan sekitarnya ubcutaneoou s
•    Mastektomy    :
pembuangan seluruh jaringan yang mendasari tumor payudara , meninggalkan /membiarkan kulit, areola dan memasukkan putting intact)
•    mastectomy sederhana    :
menghilangkan seluruh payudara tapi tidak dengan nodus axillary
•    modifikasi mastektomy radikal    :
menghilangkan seluruh payudara (dengan atau tanpa pectoralis minor) menghilangkan beberapa axilla lympa nodes
•    mastectoy radikal    :
menghilangkan seluruh payudara, acillary lympa nodes, pectolaris muscle (besar atau kecil, dan lemak dan fasia yang berdekatan dengan pembedahan


2.    Radioterapi
Pegobatan radioterapi adalah untu penobatanlokal /lokoregional yang sifatnya bisa kuratif ataupaliatif. Radioterapi dapat merupakan terapi utama , misalnya pada operasi BCT dan kanker payudara stadium lanjut III. Sebagai terapi tambahan/adjuvan biasanya diberikan bersama dengan terapi bedah dan kemoterapi pada kanker stadium I, II dan IIIA . Pengobatan kemoterapi umumnya diberikan dalam regimen poliferasi lebih baik dibanding pemberian pengobatan monofaramasi / monoterapi

3.    Hormon terapi
Pengobatan hormon terapi untuk pengobatan sistemik untuk meningkatkan survival, yaitu dengan pemberian anti esterogen, pemberian hormon aromatase inhibitor, antiGn RH, ovorektomi. Pemberian hormon ini sebagai adjuvan stadium I, II, III, IV terutama pada pasiien yangreceptor hormon positif, hormon terpi dapat juga digunakan  sebagai terapi p[ravelensi kanker payudara.

4.    Terapi Paliatif dan pain
Terapi paliatif untuk dapat dikerjakan sesuai dengan keluhan pasien, untuk tujuan perbaikan kualitas hidup. Dapat bersifat medikamentosa, paliatif (pemberian obat-obat paliatif) dan non medicamentosa (radiasi paliatif dan pembedahan paliatif)

5.    Immunoterapi dan ioterapi
Sampai saat ini penggunaan immunoterapi seperti pemberian interferon, modified molekuler, biologi agent, masih bersifat terbatas sebagai terapi adjuvan untuk mendukung keberhasilan pengobatan-pengobatan lainnya.
Pengobatan bioterapi dengan rekayasa genetika u ntuk mengoreksi mutasi genetik untuk mengoreksi mutasi genetik masih dalam penelitian.

6.    Rehabilitasi fisik dan psikis
Penderita kanker payudara sebaiknya setelah mendapat  pengobatan konvensiobnal seperti pembedahan, penyinaran, kemoterapi sebaiknya dilakukan rehabolitasi fisik untuk mencegah timbulnya komplikasi akiabt treatment tersebut. Rehabilitasi psikis juga diperlukan untuk mendorong semangat hidup yang lebh baik.

7.    Kemoterapi
Pengobatan kemoterapi adalah pengobatan sisitemik yang mengguanakan obat-obat sitostatika melalui aliran sisitemik, sebagai terapi utama pada kanker stadium lanjut (stadium IIIB dan IV) dan sebagai terapi tambahan
    Pada kasus karsinoma mammae dapat dilakukan pengobatan dengan radiasi dan pengangkatan mammae (Mastektomi). Pengangatan tergantung sejauh mana pertumbuhan dan penyebaranya dipilih berdasar stadiumnya.dan chemoterapy

Asuhan Keperawatan klien pra dan pasca bedah Payudara, meliputi :
Persiapan dan perawatan sebelum dan sesudah operasi
1    Sebelum dilakukan pembedahan, penderita disiapkan secara optimal antara lain :
a.    Persiapan psikologis,
Persiapan psikologis bertujuan untuk membantu klien mempersiapkandiri dalam memhadapi operasi, perawta diharapkan mengetahui informasi dokter kepada pasien maupun keluarga, tentang macam tindakan yang akn dilakukan manfaatdan akibat yang mungkin muncul dan terjadi serta memberikan penjelasan tentang prosedur-prosedur yang akan dilakukan sebelum operasi.

b.    psikososial,
persiapan psikososial di tujukan menghindari adanya gangguan hubungan sosisal dan interpersonal dan peran dimasyarakat, akiabt perubahan kondisi kesehatan dimana klien seolah-olah klien tidak mampu menerima simpati dariorang lain, meraik diri dari pergaulan dan merasa canggung dan bersoislaisasi dengan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari

c.    persiapan fisik yang baik,seperti :
    perawatan ulkus pada kanker payudara
adanya bau yangtidak sedap yang dapat mengganngu lingkungan sekitaranya, kaena ituperlu adanya perawatan yang intensif sebelu operasi, bau ini terjadi karena adanya jaringan n ekrotik yangdisertaidengan infeksi sekunde, untuk mengaurangi bau tersebut dapat dilakukan nekrotomi dan pencucian luka, bisa dengan BWC 3 %,  betadine 10%, dan antiseptik lainnya, dan jangan lupa mengerjakan kultur pus dan sensitifitas tes bakterinya.
untuk mengatasi kesulitan-kesulitan atau komplikasi yang timbul kerena intervensi anesthesii maupun trauma pembedahannya.
    Mengontrol data-data laboratorium, seperti pemeriksaan darah,  fungsi lever, fungsi normal, faal hemostasis, gula darah, , urine.
    Menontrol kelengkapan data-data radiologi, seperti fhoto thorak, USG mamma, Mammografi, bone scan.
    Pengosongan saluran pencernaan 6-8 jam dipuasakan kemudian 3-4 jam dilakukan lavemen,
    Pencukuran rambut ketiak dilakukan 2 jam sebelum operasi
    Mandi bersih dan keramas.

2.    Perawatan sesudah operasi

Mastektomi adalah suatu tindakan pengangkatan tumor beserta payudara dan kelenjar axilla.
a.    Fase pasca anesthesi
Setelah dilakukan mastektomi, penderita dipindah keruang pemulihan disertai dengan oleh ahli anesthesidan staf profesional lainnya.
b.    Mempertahankan ventilasi pulmoner
Menghindari terjadiya obstruksi  pada periode anestesi  pada saluran pernafasan, diakibatkan  penyumbatan oleh lidahyangjatuh, kebelakang dan tumpukan sekret, lendir yang terkumpul dalam faring trakea atau bronkhial ini dapat dicegah dengan posisi yang tepat dengan posisi miring/setengah telungkup dengan kepala ditengadahkan bila klien tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak atau lendir, harus dilakukan  penghisapan dengan suction.
c.    Mempertahankan sirkulasi
Pada saat klien sadar, baik dan stabil, maka posisi tidur diatur ”semi fowler” untuk mengurangi oozing venous (keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh darah halus) lengan diangkat untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah terjadinya udema, semua masalah ini gangguan rasa nyaman (nyeri) akibat dari sayatan luka operasi merupakan hal yang pailing sering terjadi

d.    Masalah psikologis
Payudara merupakan alat vital seseorang ibu dan wanita, kelainan atau kehilangan akibat operasi payudara sangat terasa oleh pasien,haknya seperti dirampas sebagai wanita normal, ada rasa kehilangan tentang hubungannya dengan ssuami, dan hilangnya daya tarik serta serta pengaruh terhadap anak dari segi menyusui.

e.    Mobilisasi fisik
Pada pasien pasca mastektomi perlu adanya latihan-latihan untuk mencegah atropi otot-otot kekakuan dan kontraktur sendi bahu, untuk mencegah kelainan bentuk (diformity) lainnya, maka latihan harus seimbang dengan menggunakan secara bersamaan.
Latihan awal bagi pasien pasca mastektomi :
    Pada hari pembedahan, melenturkan dan meluaskan gerakkan jari-jari membalik-balikan lengan
    Hari pertema pasca  operasi  harus sudah dimulai fisioterafi pasif dan aktif
Seperti :
o    Fisioterapi aktif : melatih gerakkan-gerakkan sendi bahu reduksi, rotasi ssendi bahu jika fisioteraifiditerapkan sedii mungkin tidak akan terjadi kontraktur sendi bahu dikemudian hari, dan juga dnegan fisioterafi dini, aliran drain lebih aktif dan lancar.
o    Selanjutnya pasien dapat mengosokkan gigi dan menyisir rambut, pasien haurs mengetahui gerakkan apa yang dilakukan dalam setiap latihan, misalnya dapat ,mengangkat lengan keatas, kesamping, dan kedepan, dapat menyisir rambut sendiri dan dapat memakai rambut sendiri, dengan lengan yang sakit, latihan harus kontiyu dan istirahat bila merasa sakit

3.    Perawatan post mastektomi
a.    Pemasangan plester /hipafik
Dalam hal ini pemasangan plester pada operasi mastektomi hendaknya diperhatikan arah tarikan-tarikan kulit (langer ‘line) agar tidak melawan gerakkan-gerakkan alamiah, sehingga pasien dengan rileks menggerakkan sendi bahu tanpa hambatan dan tidak nyeri untuk itu perlu diperhatikan cara meletakkan kasa pada luka operasi dan cara melakukan fiksasi plester pada dinding dada.
    Plester medial melewati garis midsternal
    Plester posterior melewati garis axillaris line/garis ketiak
    Plester posterior(belakang) melewati garis axillaris psoterior
    Plester superior tidak melewati clavicula
    Plester iferior harus melewati lubang drain
    Untuk dibawah klavicula ujug hifavik dipotong miring seperti memotong baju dan dipasang miring dibawah ketiak sehingga tidak mengangu grakkan tangan.

b.    Perawatan pada luka eksisi tumor
Bila dikerjakan tumorektomi,pakai hipafik ukuran 10 cm yang dibuat seperti BH sehingga menyangga payudara
c.    Pemakaian drain redonm harus tetap vakum dan diukur jumlah cairan yang tertampung dalam botol drain tiap pagi, bila drain buntu, misalnya terjadi bekuan darah, bilain drain dengan PZ 5-10 cc supaya tetap lancar. Pada mastektomi radikal atau radikal modifikasi, drain umumnya dicabut setelah jumlah cairan dalam 24 jam tidak melebihi 20-30 cc, pada eksisi tumor mamma tidak melebihi 5 cc
d.    Klien yang dikerjakan transplantasi kulit kalau kasa penutup luka basah dengan darah atau serum harus segera diganti, tetapi bola penutup  (thiersch) tidak boleh dibuka. Thiersch umumnya dibuka pada hari ke-7 pasc bedah untuk melihat apakah hidup atau mati
    Kalau hidup, tutup lagi dengan sofratule dan kasa steril
    Kalau tidak hidup,luka dapat dikompres dengan larutasn boor atau larutan garam fisiologis dan buang jaringan yang nekrotik.
    Demikian pula halnya kasa penutup donor dan dibuka hari ke 14, keculai kalau ada tanda-tanda infeksi

e.    Pemberian injeksi dan pengambilan darah
Pada klien yang dilakukan mastektomi radikal modifikasi sebagian besar kelenjar dari saluran getah bening axilla dieksisi, yang memudahkan terjadinya oedema lengan. Untuk mencegahnyajangan melkukan injekdi, mamasang infus, mengabil darah, dsb pada sisi yang sakit. Penderita harus menjaga lengn dan tangannya dengan baik supaya jangan sampai terjadi luka atau injeksi yangakan menambah kerusakansluran limfe diketiak yang sudah minimal, karena kalau terjadi oedema lengan sangat sukar mengoreksinya dan mungkin memerlukan operasi trasposisi omentum untuk mengatasinya.
f.    Pengukuran tensi
Pemgukuran tensi jaringan pada lengan homolateral dan diseksi axilla karena memudahkan terjadinya oedema lengan.

E.    Dasar data pengkajian keperawatan
Data pre dan post operasi tergantung pada tipe khusus atau lokasi proses kanker dan komplikasi yang ada.



ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
CA MAMMAE

Pengkajian
1.    Biodata
Ca mammae terjadi terutama pada usia lanjut (diatas 50 th), tetapi 80 % terjadi pada usia 35 tahun sampai 65 tahun cendrung meningkat 6 kali lipat
Jenis kelamin : laki-laki dibanding 1 :100

2.    Keluhan utama
        Data Subjektif
Klien mengeluh adanya benjolan atau ulkus padapayudara an kadang-kadang timbul nyeri, serta perasaan takut atau cemas.

Data Objektif
Pada payudara terdapat adanya borok atau nodul-nodul yang mengeras serta bau tidak enak yang menyengat
Klien tampak enggan bergaul dan berintegrasi dengan pasien lain
Klien terlihat  sedih dan sering melamun
Observasi gejala memegang payudara dan wajah tampak menyeringai

3.    Riwayat penyakit
a.    Sekarang :    Klien mengeluh adanya benjolan atau ulkus pada payudara dan kadang-
kadang timbul nyeri, serta perasaan takut atau cemas.Pada payudara terdapat adanya borok atau nodul-nodul yang mengeras serta bau tidak enak yang menyengat Klien tampak enggan bergaul dan berintegrasi dengan pasien lainKlien terlihat  sedih dan sering melamun, Observasi gejala memegang payudara dan wajah tampak menyeringai
b.    Dahulu:    adanya siklus perubahan hormonal yang lama dan tidak ada heti-hentinya, menarche awal, menopuse terlambat dan tidak ada kehamilan,(long,1996), adanya riwayat kanker sebelumnya, riwayat kehamilan (nullipara, multipara), penggunaan obat-obatan hormonal kontrapsepsi, riwayat menstruasi (early menarce, late menopouse). Adanya papaaran radiasi riwayat peminum alkohol
c.    Keluarga:    Ibu dan anak prempuan khususnya dengan kanker   premenopuse atau kanker payudara bilateral, adanya anggota keluarga yang menderita ca mammae

4.    Pemeriksaan Ca Mammae/kanker payudara meliputi :
o    Pemeriksaan skrening
Tujuan untuk menemukan kanker payudara dini pada penderita asimptomatis (tanpa keluhan) dengan tujuan menurunkan anka kamtian standar pemeriksaan skrining payudara dapat dilakukan dengan
Mammografi    : tebukti lebih akurat mendeteksi kanker payudara berdiameter kurang dari 0,5 cm dengan acuration rate : ± 80-90 %
o    Pemeriksaan Diagnostik
Meliputi :
1.    Anamnesa cermat mengenai waktu timbulnya tuor dan ada tidaknya faktor resiko
2.    Ifeksi tanda-tanda kecurigaan kanker payudara
3.    Palpasi, tanda-tanda kanker payudara.

o    Pemeriksaan Imaging
Terdiri dari :
1.    Mammografi
2.    USG
3.    MRI

o    Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik terdiri dari :
1.    Pemeriksaan biopsi terbuka (open Biopsy) : insisional biopsi dan eksisional biopsi
2.    Pemeriksaan biopsi tertutup (minimal invasif biopsy) : needle aspiration biopsy, trucut biopsy
Needle aspiraton biopsy merupakan piliha utama untuk pemeriksaan diagnostik tumor payudara yang palpable mass, accuration rate ±  95 %

o    Pemeriksaan tambahan
1.    Pemeriksaan torak fhoto
2.    Pemeriksaaan bone scaning /bone survey
3.    Pemeriksaan USG Abdomen /Bone siurvey
4.    Pemeriksaan USG abdomen/CT scan abdomen
5.    Pemeriksaan  tumor marker
6.    Pemeriksaan darah/fungsiliver dan tulang
7.    Pemeriksaan head CT-scan

KOMPLIKASI KEMOTHERAPI
    Efek samping :
-    nausea, vomiting
-    alopecia
-    rasa (pengecap) menurun
-    mucositis
    toksik
-    hematologik : depresi sumsum tulang, anemia
-    ginjal, hepar

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

A.    Sistem Integumen
1.    Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus
2.    Inspeksi kemerahan & gatal, eritema
3.    Perhatikan pigmentasi kulit
4.    Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah

B.    Sistem Gastrointestinalis
1.    Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah pemberian kemotherapi
2.    Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit
3.    Kaji diare & konstipasi
4.    Kaji anoreksia
5.    Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan

C.    Sistem Hematopoetik
1.    Kaji Netropenia
    Kaji tanda infeksi
    Auskultasi paru
    Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoe
    Kaji suhu
2.    Kaji Trombositopenia : < 50.000/m3 – menengah, < 20.000/m3 – berat
3.    Kaji Anemia
    Warna kulit, capilarry refill
    Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo

D.    Sistem Respiratorik & Kardiovaskular
1.    Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non produktif – terutama bleomisin
2.    Kaji tanda CHF
3.    Lakukan pemeriksaan EKG

E.    Sistem Neuromuskular
1.    Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik
2.    Perhatikan adanya parestesia
3.    Evaluasi refleks
4.    Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki
5.    Kaji gangguan pendengaran
6.    Diskusikan ADL

F.    Sistem genitourinari
1.    Kaji frekwensi BAK
2.    Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine
3.    Kaji : hematuria, oliguria, anuria
4.    Monitor BUN, kreatinin

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan netropenia
2.    Resiko perlukaan berhubungan dengan trombositopenia
3.    Lemah berhubungan dengan anemia
4.    Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan efek samping
5.    Perubahan selaput mukosa berhubungan dengan stomatitis
6.    Perubahan gambaran diri berhubungan dengan alopecia

INTERVENSI KEPERAWATAN
1.    Mencegah infeksi
2.    Mencegah perdarahan
3.    Mengurangi kelelahan
4.    Meningkatkan nutrisi
5.    Mengurangi stomatitis
6.    Meningkatkan koping pada perubahan gambaran diri

THERAPI RADIASI
Terapi radiasi menggunakan energi tinggi & getaran ion. Dapat menimbulkan kerusakan molekul sel dan perubahan biokimia : mematikan sel kanker

Jenis therapi radiasi :
    Teletherapi : cobalt, lineacc
    Brakhitherapi : dosis tinggi lebih terlokalisasi
    Intra operative radioterapi, hipertermia

Pertimbangan klinis :
    Indikasi : digunakan tersendiri atau kombinasi
    Perencanaan pengobatan

Komplikasi :
Komplikasi tergantung dari lokasi, jenis radiasi, dosis, status kesehatan klien
1.    Efek samping akut 1 – 6 bulan
-    eritema
-    lemah & lunglai
-    nausea, muntah, diare
-    oral : kering, mucositis, xerostomia
-    dispnoe, pnemonia
-    sistitis
2.    Efek samping kronis > dari 6 bulan
-    Kulit : fibrosis, kehitaman permanen atropi
-    Gastro intestinal : fibrosis, obstruksi, ulkus, striktur
-    Oral : xerostomia, pengecapan menurun, caries gigi
-    Paru : fibrosis
-    Ginjal : nefritis, fibrosis
-    Kanker lain 5 – 7% leukemia

Pengkajian
1.    Sistem terkait
2.    Emosi/psikologis klien

Intervensi Keperawatan
1.    Mempertahankan perawatan kulit secara optimal
-    informasikan tentang reaksi kulit
-    jangan menggunakan lotion, minyak kosmetik pada lokasi therapi hanya tepung maizena
-    hindari, penekanan, penggosokan, garuk
2.    Memastikan terlindungi dari efek radiasi

F.    Prioritas keperawatan pre dan post operasi
PREOPERASI
      1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pra dan pascaoperasi dan takut akan kecacatan.
       Batasan Karakteristik : Mengungkapkan keluhan khusus, merasa tidak mampu, meminta informasi, mengungkapkan kurang mengerti dan gelisah, menolak operasi.
       Goal : Cemas berkurang atau hilang.
       Kriteria Hasil : Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka, melaporkan berkurangnya cemas dan takut, mengungkapkan mengerti tentang pre dan post operasi, secara verbal mengemukakan menyadari terhadap apa yang diinginkannya yaitu menyesuaikan diri terhadap perubahan fisiknya.
       Rencana Tindakan :
1.    Jelaskan apa yang terjadi selama periode praoperasi dan pascaoperasi, termasuk tes laboratorium praoperasi, persiapan kulit, alasan status puasa,obat-obatan praoperasi,obat-obatan posoperasi, tinggal di ruang pemulihan, dan program paskaoprasi. Informasikan pada klien obat nyeri tersedia bila diperlukan untuk mengontrol nyeri.Rasional pengetahuan tentang apa yang diperkirakan membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kerjasama pasien.
2.    Jika mastektomi akan dilakukan, konsultasikan dulu dengan pasien dan dokter untuk mendapatkan kunjungan dari tim medis yang bersangkutan. Atur waktu untuk berdiskusi dengan terapi tentang alternatif metoda-metoda untuk rehabilitasi suara.Rasional mengetahui apa yang diharapkan  dan melihat hasil yang sukses membantu menurunkan kecemasan dan memungkinkan pasien berpikir realistik.
3.    Izinkan pasien untuk mengetahui keadaan pascaoperasi : satu atau dua hari akan dirawat di UPI sebelum kembali ke ruangan semula,. Rasional pengetahuan tentang apa yang diharapkan dari intervensi bedah membantu menurunkan kecemasan dan memungkinkan pasien untuk memikirkan tujuan yang realistik.
4.    Jika akan dilakukan matektomi, ajarkan pasien dan latih cara-cara latihan sebagai berikut :
Latihan awal bagi pasien pasca mastektomi :
    Pada hari pembedahan, melenturkan dan meluaskan gerakkan jari-jari membalik-balikan lengan
    Hari pertema pasca  operasi  harus sudah dimulai fisioterafi pasif dan aktif
Seperti :
o    Fisioterapi aktif : melatih gerakkan-gerakkan sendi bahu reduksi, rotasi ssendi bahu jika fisioteraifiditerapkan sedii mungkin tidak akan terjadi kontraktur sendi bahu dikemudian hari, dan juga dnegan fisioterafi dini, aliran drain lebih aktif dan lancar.
o    Selanjutnya pasien dapat mengosokkan gigi dan menyisir rambut, pasien haurs mengetahui gerakkan apa yang dilakukan dalam setiap latihan, misalnya dapat ,mengangkat lengan keatas, kesamping, dan kedepan, dapat menyisir rambut sendiri dan dapat memakai rambut sendiri, dengan lengan yang sakit, latihan harus kontiyu dan istirahat bila merasa sakit

2.    Menolak operasi berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur pre dan pascaoperasi, kecemasan, ketakutan akan kecacatan dan ancaman kematian.      
Karakteristik data : kurang kerjasama dan menolak untuk dioperasi,menanyakan informasi tentang persiapan pre dan prosedur posoperasi.
Goal : Klien akan bersedia dioperasi.
Kriteria hasil : Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara terbuka, mengatakan mengerti pre dan posoperasi, mengatakan berkurangnya kecemasan, klien dioperasi.
Rencana tindakan :
1.    Kaji faktor-faktor yang menyebabkan klien menolak untuk dioperasi.
2.    Anjurkan keluarga untuk memberikan suport seperti dukungan spiritual.
3.    Direncanakan tindakan sesuai diagnosa keperawatan no.1.

POSt OPERASI
1.    Mempertahankan jalan napas tetap terbuka, ventilasi adekuat.
2.    Membantu pasien dalam mengembangkan metode komunikasi alternatif.
3.    Memperbaiki atau mempertahankan integritas kulit.
4.    Membuat atau mempertahankan nutrisi adekuat.
5.    Memberikan dukungan emosi untuk penerimaan gambaran diri yang terganggu.
6.    Memberikan informasi tentang proses penyakit atau prognosis dan pengobatan.

Tujuan Pemulangan
1.    Ventilasi atau oksigenasi adekuat untuk kebutuhan individu.
2.    Komunikasi dengan efektif.
3.    Komplikasi tercegah atau minimal.
4.    Memulai untuk mengatasi gambaran diri.
5.    Proses penyakit atau prognosis dan program terapi dapat dipahami.

DAFTAR    PUSTAKA


Dunna, D.I. Et al. 1995. Medical  Surgical Nursing ; A Nursing Process Approach 2 nd Edition : WB Sauders.

Long, C. Barbara (1996). Essential Of Medical – Surgical Nursing A Nursing Process Approcach. C.V Mosby Company St Louis, USA.

PPNI pertemuaan ilmiah perawat bedah Indonesia (2000) “ Pendekatan asuhan keperawtan secara parifurna dalam penanganan kasus bedah” Surabaya

Rothrock, C. J. 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC : Jakarta.

Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.

ASKEP KANKER TIROID

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KARSINOMA(Kanker) TIROID - Karsinoma tiroid termasuk kelompok penyakit keganasan dengan prognosis relatif baik namun perjalanan klinisnya sukar diramalkan.  Klien dengan Ca Tiroid mengalami stres dan kecemasan yang tinggi.  Perawat memperoleh data dasar klien berdasarkan tingkat pengetahuannya mengenai penyakit, coping skills dan dari hubungan keluarga.  Perawat menganjurkan klien untuk mengungkapkan rasa takutnya dan mendiskusikan penyakitnya.

Gambaran Histologis
Menurut WHO, tumor epitel maligna tiroid dibagi menjadi:
1.    Karsinoma Folikuler.
2.    Karsinoma Papilar.
3.    Karsinoma Medular.
4.    Karsinoma berdiferensiasi buruk (Anaplastik).
5.    Lain-lain.
Menurut Mc Kenzi (1971), ada 4 tipe jaringan karsinoma tiroid yang berbeda yang dipakai untuk pelaksanaan sehari-hari, yaitu:
1.    Karsinoma Tiroid Papilar.
2.    Karsinoma Tiroid Folikular.
3.    Karsinoma Tiroid Medular.
4.    Karsinoma Tiroid Anaplastik.
Manifestasi klinik awal dari karsinoma tiroid adalah berbentuk menyendiri dan suatu nodul dikelenjar tiroid yang tidak menimbulkan rasa sakit.  Tanda dan gejala tambahan tergantung pada ada tidaknya metastase serta lokasi metastase (penyebaran sel kanker) itu sendiri. 
   
1.    KARSINOMA PAPILAR
Merupakan tipe kanker tiroid yang sering ditemukan, banyak pada wanita atau kelompok usia diatas 40 tahun.  Karsinoma Papilar merupakan tumor yang perkembangannya lambat dan dapat muncul bertahun-tahun sebelum menyebar ke daerah nodes limpa.  Ketika tumor terlokalisir di kelenjar tiroid, prognosisnya baik apabila dilakukan tindakan Tiroidektomi parsial atau total.
2.    KARSINOMA FOLIKULAR
Terdapat kira-kira 25 % dari seluruh karsinoma tiroid yang ada, terutama mengenai kelompok usia diatas 50 tahun.  Menyerang pembuluh darah yang kemudian menyebar ke tulang dan jaringan paru.  Jarang menyebar ke daerah nodes limpa tapi dapat melekat/menempel di trakea, otot leher, pembuluh darah besar dan kulit, yang kemudian menyebabkan dispnea serta disfagia.  Bila tumor mengenai “The Recurrent Laringeal Nerves”, suara klien menjadi serak.  Prognosisnya baik bila metastasenya masih sedikit pada saat diagnosa ditetapkan.
3.    KARSINOMA MEDULAR
Timbul di jaringan tiroid parafolikular.  Banyaknya 5 – 10 % dari seluruh karsinoma tiroid dan umumnya mengenai orang yang berusia diatas 50 tahun.  Penyebarannya melewati nodes limpa dan menyerang struktur di sekelilingnya.  Tumor ini sering terjadi dan merupakan bagian dari Multiple Endocrine Neoplasia (MEN) Tipe II yang juga bagian dari penyakit endokrin, dimana terdapat sekresi yang berlebihan dari kalsitonin, ACTH, prostaglandin dan serotonin.
4.    KARSINOMA ANAPLASTIK
Merupakan tumor yang berkembang dengan cepat dan luar biasa agresif.  Kanker jenis ini secara langsung menyerang struktur yang berdekatan, yang menimbulkan gejala seperti:
-    Stridor (suara serak/parau, suara nafas terdengar nyaring)
-    Suara serak
-    Disfagia
Prognosisnya jelek dan hampir sebagian besar klien meninggal kira-kira 1 tahun setelah diagnosa ditetapkan.  Klien dengan diagnosa karsinoma anaplastik dapat diobati dengan pembedahan paliatif, radiasi dan kemoterapi.

Gambaran Klinis
Kecurigaan klinis adanya karsinoma tiroid didasarkan pada observasi yang dikonfirmasikan dengan pemeriksaan patologis dan dibagi dalam kecurigaan tinggi, sedang dan rendah.  Yang termasuk kecurigaan tinggi adalah:
-    Riwayat neoplasma endokrin multipel dalam keluarga.
-    Pertumbuhan tumor cepat.
-    Nodul teraba keras.
-    Fiksasi daerah sekitar.
-    Paralisis pita suara.
-    Pembesaran kelenjar limpa regional.
-    Adanya metastasis jauh.
Kecurigaan sedang adalah:
-    Usia < 20 tahun atau > 60 tahun.
-    Riwayat radiasi leher.
-    Jenis kelamin pria dengan nodul soliter.
-    Tidak jelas adanya fiksasi daerah sekitar.
-    Diameter lebih besar dari 4 cm dan kistik.
Kecurigaan rendah adalah: tanda atau gejala diluar/selain yang disebutkan diatas.
    Secara klinis karsinoma tiroid dibagi menjadi kelas-kelas, yaitu:
I.  Infra Tiroid.
II.  Metastasis Kelenjar Limpa Leher.
III.  Invasi Ekstra Tiroid.
IV.  Metastasis Jauh.
Gejala klinis yang dijumpai dapat berupa penekanan organ sekitar, gangguan dan rasa sakit waktu menelan, sulit benafas, suara serak, limfadenopati leher serta dapat terjadi metastasi jauh.  Paling sering ke paru-paru, tulang dan hati.

Penatalaksanaan
1.    Operasi (Tiroidektomi).
2.    Radiasi internal/eksternal.
3.    Kemoterapi.
4.    Hormonal.
5.    Lain-lain.

Evaluasi
Dilakukan dengan pemeriksaan sidik seluruh tubuh, dikombinasi dengan pemeriksaan kadar tiroiglobulin (Tg) serum secara berkala pada 3-6 bulan pertama.  Tg dipengaruhi oleh TSH dan cenderung meningkat bila masih ada sisa kelenjar tiroid.  Kadar Tg kurang dari 1 ng ml selama hormon dihentikan, menunjukkan terapi ablasi telah berhasil.  Tg dianggap sebagai pertanda karsinoma tiroid yang cukup sensitif tetapi tidak spesifik.  Pemeriksaan kadar kalsitonin untuk karsinoma medular merupakan petunjuk adanya metastasis. 
    Evaluasi berkala sangat penting karena karsinoma tiroid yang sudah dinyatakan berhasil ablasinya ternyata setelah 5-10 tahun proses keganasan bisa timbul kembali.  Dianjurkan kontrol 1 tahun untuk 5 tahun pertama setelah dinyatakan ablasi total berhasil, kemudian tiap 2 tahun sekali.

Laboratorium dan Radiologi
-     DL
-    SGOT
-    SGPT
-    BSH
-    > 40 tahun EKG
-    Foto Servikal  Foto Thoraks
-    BMR (Basal Metabolic Rate)  3 hari berturut-turut pada malam hari.
-    Pemeriksaan T3 dan T4.

anatomi jantung

Sistem Fisiologi Jantung Manusia - Setelah anda mengerti tentang anatomi jantung maka anda juga harus tahu sistem fisiologi dari jantung, berikut adalah sistem fisiologi jantung yang bisa saya bagikan :
1. Sistem pengaturan jantung
a. Serabut purkinje adalah serabut otot jantung khusus yang mampu menghantar impuls dengan kecepatan lima kali lipat kecepatan hantaran serabut otot jantung.
b. Nodus sinoatrial (nodus S-A) adalah suatu masa jaringan otot jantung khusus yang terletak di dinding posterior atrium kanan tepat di bawah pembukaan vena cava superior. Nodus S-A mengatur frekuensi kontraksi irama, sehingga disebut pemacu jantung.
c. Nodus atrioventrikular (nodus A-V) berfungsi untuk menunda impuls seperatusan detik, sampai ejeksi darah atrium selesai sebelum terjadi kontraksi ventrikular.
d. Berkas A-V berfungsi membawa impuls di sepanjang septum interventrikular menuju ventrikel (Ethel, 2003: 231-232).
 
 
2. Siklus jantung
Siklus jantung mencakup periode dari akhir kontraksi (sistole) dan relaksasi (diastole) jantung sampai akhir sistole dan diastole berikutnya. Kontraksi jantung mengakibatkan perubahan tekanan dan volume darah dalam jantung dan pembuluh utama yang mengatur pembukaan dan penutupan katup jantung serta aliran darah yang melalui ruang-ruang dan masuk ke arteri.
Peristiwa mekanik dalam siklus jantung ;
a. selama masa diastole (relaksasi), tekanan dalam atrium dan ventrikel sama-sama rendah, tetapi tekanan atrium lebih besar dari tekanan ventrikel.
(1) atrium secara pasif terus – menerus menerima darah dari vena (vena cava superior dan inferior, vena pulmonar).
(2) darah mengalir dari atrium menuju ventrikel melalui katup A-V yang terbuka.
(3) Tekanan ventrikular mulai meningkat saat ventrikel mengembang untuk menerima darah yang masuk.
(4) Katup semilunar aorta dan pulmonar menutup karena tekanan dalam pembuluh-pembuluh lebih besar daripada tekanan dalam ventrikel.
(5) Sekitar 70% pengisian ventrikular berlangsung sebelum sistole atrial. 
b. Akhir diastole ventrikular, nodus S-A melepas impuls, atrium berkontraksi dan peningkatan tekanan dalam atrium mendorong tambahan darah sebanyak 30% ke dalam ventrikel.
c. Sistole ventrikular. Aktivitas listrik menjalar ke ventrikel yang mulai berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel meningkat dengan cepat dan mendorong katup A-V untuk segera menutup.
d. Ejeksi darah ventrikular ke dalam arteri
(1) Tidak semua darah ventrikular dikeluarkan saat kontraksi. Volume sistolik akhir darah yang tersisa pada akhir sistole adalah sekitar 50 ml
(2) Isi sekuncup (70 ml) adalah perbedaan volume diastole akhir (120 ml) dan volume sistole akhir (50 ml)
e. Diastole ventrikular
(1) Ventrikel berepolarisasi dan berhenti berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel menurun tiba-tiba sampai di bawah tekanan aorta dan trunkus pulmonary, sehingga katup semilunar menutup (bunyi jantung kedua).
(2) Adanya peningkatan tekanan aorta singkat akibat penutupan katup semilunar aorta.
(3) Ventrikel kembali menjadi rongga tertutup dalam periode relaksasi isovolumetrik karena katup masuk dan katup keluar menutup. Jika tekanan dalam ventrikel menurun tajam dari 100 mmHg samapi mendekati nol, jauh di bawah tekanan atrium, katup A-V membuka dan siklus jantung dimulai kembali (Ethel, 2003: 234-235).
3. Bunyi jantung
a. Bunyi jantung secara tradisional digambarkan sebagai lup-dup dan dapat didengar melalui stetoskop. “Lup” mengacu pada saat katup A-V menutup dan “dup” mengacu pada saat katup semilunar menutup.
b. Bunyi ketiga atau keempat disebabkan vibrasi yang terjadi pada dinding jantung saat darah mengalir dengan cepat ke dalam ventrikel, dan dapat didengar jika bunyi jantung diperkuat melalui mikrofon.
c. Murmur adalah kelainan bunyi jantung atau bunyi jantung tidak wajar yang berkaitan dengan turbulensi aliran darah. Bunyi ini muncul karena defek pada katup seperti penyempitan (stenosis) yang menghambat aliran darah ke depan, atau katup yang tidak sesuai yang memungkinkan aliran balik darah (Ethel, 2003: 235).
4. Frekuensi jantung
a. Frekuensi jantung normal berkisar antara 60 samapi 100 denyut per menit, dengan rata-rata denyutan 75 kali per menit. Dengan kecepatan seperti itu, siklus jantung berlangsung selama 0,8 detik: sistole 0,5 detik, dan diastole 0,3 detik.
b. Takikardia adalah peningkatan frekuensi jantung sampai melebihi 100 denyut per menit.
c. Bradikardia ditujukan untuk frekuensi jantung yang kurang dari 60 denyut per menit (Ethel, 2003: 235).
5. Pengaturan frekuensi jantung
a. Impuls eferen menjalar ke jantung melalui saraf simpatis dan parasimpatis susunan saraf otonom.
(1) Pusat refleks kardioakselerator adalah sekelompok neuron dalam medulla oblongata.
(a) Efek impuls neuron ini adalah untuk meningkatkan frekuensi jantung. Impuls ini menjalar melalui serabut simpatis dalam saraf jantung menuju jantung.
(b) Ujung serabut saraf mensekresi neropineprin, yang meningkatkan frekuensi pengeluaran impuls dari nodus S-A, mengurangi waktu hantaran melalui nodus A-V dan sistem Purkinje, dan meningkatkan eksitabilitas keseluruhan jantung.
(2) Pusat refleks kardioinhibitor juga terdapat dalam medulla oblongata.
(a) efek impuls dari neuron ini adalah untuk mengurangi frekuensi jantung. Impuls ini menjalar melalui serabut parasimpatis dalam saraf vagus.
(b) ujung serabut saraf mensekresi asetilkolin, yang mengurangi frekuensi pengeluaran impuls dari nodus S-A dan memperpanjang waktu hantaran melalui nodus V-A.
(3) Frekuensi jantung dalam kurun waktu tertentu ditentukan melalui keseimbangan impuls akselerator dan inhibitor dari saraf simpatis dan parasimpatis.
b. Impuls aferen (sensorik) yang menuju pusat kendali jantung berasal dari reseptor, yang terletak di berbagai bagian dalam sistem kardiovaskular.
(1) Presoreseptor dalam arteri karotis dan aorta sensitive terhadap perubahan tekanan darah.
(a) peningkatan tekanan darah akan mengakibatkan suatu refleks yang memperlambat frekuensi jantung.
(b) penurunan tekanan darah akan mengakibatkan suatu refleks yang menstimulasi frekuensi jantung yang menjalar melalui pusat medular. 
(2) Proreseptor dalam vena cava sensitif terhadap penurunan tekanan darah. Jika tekanan darah menurun, akan terjadi suatu refleks peningkatan frekuensi jantung untuk mempertahankan tekanan darah.
c. Pengaruh lain pada frekuensi jantung
(1) frekuensi jantung dipengaruhi oleh stimulasi pada hampir semua saraf kutan, seperti reseptor untuk nyeri, panas, dingin, dan sentuhan, atau oleh input emosional dari sistem saraf pusat.
(2) fungsi jantung normal bergantung pada keseimbangan elektrolit seperti kalsium, kalium, dan natrium yang mempengaruhi frekuensi jantung jika kadarnya meningkat atau berkurang (Ethel, 2003: 235-236).
6. Curah Jantung
a. Definisi
Curah jantung adalah volume darah yang dikeluarkan oleh kedua ventrikel per menit. Curah jantung terkadang disebut volume jantung per menit. Volumenya kurang lebih 5 L per menit pada laki-laki berukuran rata-rata dan kurang 20 % pada perempuan.
b. Perhitungan curah jantung
Curah jantung = frekuensi jantung x isi sekuncup
c. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi curah jantung
(1) aktivitas berat memperbesar curah jantung sampai 25 L per menit, pada atlit yang sedang berlatih mencapai 35 L per menit. Cadangan jantung adalah kemampuan jantung untuk memperbesar curahnya.
(2) Aliran balik vena ke jantung. Jantung mampu menyesuaikan output dengan input-nya berdasarkan alasan berikut:
(a) peningkatan aliran balik vena akan meningkatkan volume akhir diastolic
(b) peningkatan volume diastolic akhir, akan mengembangkan serabut miokardial ventrikel
(c) semakin banyak serabut oto jantung yang mengembang pada permulaan konstraksi (dalam batasan fisiologis), semakin banyak isi ventrikel, sehingga daya konstraksi semakin besar. Hal ini disebut hukum Frank-Starling tentang jantung.
(3) Faktor yang mendukung aliran balik vena dan memperbesar curah jantung
(a) pompa otot rangka. Vena muskular memiliki katup-katup, yang memungkinkan darah hanya mengalir menuju jantung dan mencegah aliran balik. Konstraksi otot-otot tungkai membantu mendorong darah kea rah jantung melawan gaya gravitasi.
(b) Pernafasan. Selama inspirasi, peningkatan tekanan negative dalam rongga toraks menghisap udara ke dalam paru-paru dan darah vena ke atrium.
(c) Reservoir vena. Di bawah stimulasi saraf simpatis, darah yang tersimpan dalam limpa, hati, dan pembuluh besar, kembali ke jantung saat curah jantung turun.
(d) Gaya gravitasi di area atas jantung membantu aliran balik vena.
(4) Faktor-faktor yang mengurangi aliran balik vena dan mempengaruhi curah jantung
(a) perubahan posisi tubuh dari posisi telentang menjadi tegak, memindahkan darah dari sirkulasi pulmonary ke vena-vena tungkai. Peningkatan refleks pada frekuensi jantung dan tekanan darah dapat mengatasi pengurangan aliran balik vena.
(b) Tekanan rendah abnormal pada vena (misalnya, akibat hemoragi dan volume darah rendah) mengakibatkan pengurangan aliran balik vena dan curah jantung.
(c) Tekanan darah tinggi. Peningkatan tekanan darah aorta dan pulmonary memaksa ventrikel bekerja lebih keras untuk mengeluarkan darah melawan tahanan. Semakin besar tahanan yang harus dihadapi ventrikel yang bverkontraksi, semakin sedikit curah jantungnya.
(5) Pengaruh tambahan pada curah jantung
(a) Hormone medular adrenal.
Epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin meningkatkan frekuensi jantung dan daya kontraksi sehingga curah jantung meningkat.
(b) Ion.
Konsentrasi kalium, natrium, dan kalsium dalam darah serta cairan interstisial mempengaruhi frekuensi dan curah jantungnya.
(c) Usia dan ukuran tubuh seseorang dapat mempengaruhi curah jantungnya.
(d) Penyakit kardiovaskular.
Beberapa contoh kelainan jantung, yang membuat kerja pompa jantung kurang efektif dan curah jantung berkurang, meliputi:
(1) Aterosklerosis, penumpukan plak-plak dalam dinding pembuluh darah koroner, pada akhirnya akan mengakibatkan sumbatan aliran darah.
(2) Penyakit jantung iskemik, supali darah ke miokardium tidak mencukupi, biasanya terjadi akibat aterosklerosis pada arteri koroner dan dapat menyebabkan gagal jantung.
(3) Infark miokardial (serangan jantung), biasanya terjadi akibat suatu penurunan tiba-tiba pada suplai darah ke miokardium.
(4) Penyakit katup jantung akan mengurangi curah darah jantung terutama saat melakukan aktivitas (Ethel, 2003: 236-237).
1.2 Denyut nadi (Denyut arteri)
Denyut arteri adalah gelombang tekanan yang merambat 6 samapai 9 m per detik, sekitar 15 kali lebih cepat dari darah.
1. Denyut dapat dirasakan di titik manapun yang arterinya terletak dekat permukaan kulit dan dibantali dengan sesuatu yang keras. Arteri yang biasa teraba adalah arteri radial pada pergelangan tangan.
2. Dua bunyi jantung sebanding dengan satu denyut arteri.
0. Frekuensi denyut memberikan informasi mengenai kerja pembuluh darah, dan sirkulasi (Ethel, 2003: 240).
1.3 Denyut atrium
Darah yang terdorong ke aorta selama sistolik tidak saja mendorong darah di dalam pembuluh ke depan tetapi juga menimbulkan gelombang tekanan yang menjalar di sepanjang arteri. Gelombang tekanan mengembangkan dinding arteri sewaktu gelombang tersebut menjalar, dan pengembangan ini teraba sebagai denyut. Kecepatan gelombang nejalar, yang independen dari dan jauh lebih besar daripada kecepatan aliran darah, adalah sekitar 4m/dtk di aorta, 8m/dtk di arteri besar, dan 16m/dtk di arteri kecil pada dewasa muda. Oleh karena itu, denyut teraba di arteri radialis di pergelangan tangan sekitar 0,1 detik setelah puncak ejeksi sistolik ke dalam aorta. Seiring dengan pertambahan usia, arteri menjadi kaku, dan gelombang denyut bergerak lebih cepat.
Kekuatan denyut ditentukan oleh tekanan denyut dan hanya sedikit hubungannya dengan tekanan rata-rata. Pada syok, denyut melemah (“thready”). Denyut kuat apabila isi sekuncup besar, misalnya selama kerja fisik atau setelah pemberian histamin. Apabila tekanan denyut tinggi, gelombang denyut mungkin cukup besar untuk dapat diraba atau bahkan didengar oleh individu yang bersangkutan (palpasi, “deg-degan”). Apabila katup aorta inkompeten (insufisiensi aorta), denyut sangat kuat, dan gaya ejeksi sistolik mungkin cukup untuk menyebabkan kepala mengangguk setiap kali jantung berdenyut. Denyut pada insfusiensi aorta disebut denyut collapsing, Corrigan, atau palu-air (water-kammer). Palu-air adalah sebuah tabung kaca yang terisi air separuh dan merupakan mainan popular pada abad ke-19. Apabila mainan tersebut dipegang dan kemudian dibalik, akan terdengar suara ketukan yang singkat dan keras.
Takik dikrotik, suatu osolasi kecil pada fase menurun gelombang denyut yang disebabkan oleh getaran saat katup aorta menutup, tampak apabila gelombang gelombang tekanan direkam tetapi tidak teraba di pergelangan tangan. Juga terdapat takik dikrotik pada kurva tekanan arteri pulmonalis yang ditimbulkan oleh penutupan katup pulmonaris (Ganong, 2002:542-545).