Dengan mengucapkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, penulis akhirnya mampu menyelesaikan tugas menyusun makalah ini, yang bertujuan untuk memenuhi syarat mengikuti mata kuliah Sistem Neurobehaviour. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan kemampuan yang ada pada diri penulis.
Kendatipun begitu penulis telah berusaha sekuat tenaga untuk, mengolah data, menganalisa data, yang akhirnya menyusun ke dalam bentuk yang sudah jadi ini. Dalam penulisan makalah ini, penulis mengalami sedikit hambatan yakni kurangnya buku referensi yang mendukung. Namun atas pertolongan Allah SWT serta dorongan dan dukungan sahabat-sahabat, hambatan tersebut tidak begitu berarti bagi penulis.
Penulis tidak bekerja sendirian di dalam penyusunan makalah ini, karena tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak maka mustahil makalah ini dapat penulis selesaikan. Oleh sebab itu perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
Kendatipun begitu penulis telah berusaha sekuat tenaga untuk, mengolah data, menganalisa data, yang akhirnya menyusun ke dalam bentuk yang sudah jadi ini. Dalam penulisan makalah ini, penulis mengalami sedikit hambatan yakni kurangnya buku referensi yang mendukung. Namun atas pertolongan Allah SWT serta dorongan dan dukungan sahabat-sahabat, hambatan tersebut tidak begitu berarti bagi penulis.
Penulis tidak bekerja sendirian di dalam penyusunan makalah ini, karena tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak maka mustahil makalah ini dapat penulis selesaikan. Oleh sebab itu perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. dr.H.Parno Widjoyo,S.Far., selaku Ketua Stikes Cendekia Utama Kudus
2. Ns.Nor Faidah,S.Kep., selaku ketua prodi PSIK
3. Ns.Renny W. Aprilyasari,S.Kep., selaku Dosen mata pelajaran Sistem Neurobehaviour yang memberi tugas dan telah membimbing penulis dalam pembuatan makalah ini.
Tidak ada kata lain yang lebih indah kecuali mengucap terima kasih kepada beliau. Beliau yang dengan sabar membimbing penulis.
Akhirnya dengan lapang dada penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya memberi pengarahan menuju perbaikan. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi pembaca, paling tidak sebagai studi pembanding dengan makalah lain. Amin.
Kudus, Mei 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ...................................................................................................................... i
Kata Pengantar ..................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Anatomi Fisiologi .................................................................................... ........... 3
2.2 Definisi................................................................................................................. 6
2.2 Etiologi..................................................................................................... ........... 6
2.4 Manifestasi Klinis..................................................................................... ........... 7
2.5 Patofisiologis ........................................................................................... ........... 8
2.6 Pathway ................................................................................................... ........... 9
2.7 Klasifikasi ................................................................................................ ........... 9
2.8 Komplikasi............................................................................................... ........... 10
2.9 Pemeriksaan Diagnostik .......................................................................... ........... 10
2.10 Penatalaksanaan..................................................................................... ........... 11
BAB III Asuhan Keperawatan Tumor Otak
3.1 Pengkajian................................................................................................ ........... 13
3.3 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan ................................................... ........... 14
BAB IV Penutup
4.1 Simpulan .................................................................................................. ........... 18
4.2 Saran ........................................................................................................ ........... 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otak merupakan organ penting bagi kehidupan manusia yang terletak di dalam rongga kranium. Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstein (batang otak) dan diensefalon. Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh 2 pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willis.
Sebagai bagian dari organ tubuh manusia, otak dapat mengalami gangguan yang dapat diakibatkan karena berbagai penyebab diantaranya tumor. Klien yang menderita tumor otak akan mengalami gejala dan defisit neurologi yang tergantung histologi, tipe, lokasi dan cara pertumbuhan tumor. Diagnosa awal dari tumor sangat penting untuk mencegah kerusakan neurologis secara permanen.
Melihat fenomena di atas, tumor otak merupakan penyakit yang menjadi momok bagi manusia. Orang yang menderita tumor otak sering tidak menyadari bahwa dia terkena tumor otak. Tiba-tiba saja penderita merasakan dan mengalami nyeri kepala, kelainan pada syarafnya, pandangan kabur dan lain sebagainya tergantung bagian otak mana yang terkena. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien tumor otak beserta keluarganya.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah dilaksanakan diskusi dan seminar diharapkan mahasiswa dapat mengerti Asuhan Keperawatan Tumor Otak.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan diskusi dan seminar asuhan keperawatan Tumor Otak mahasiswa dapat mengerti :
1) Mengetahui pengertian Tumor Otak
2) Mengerti konsep gangguan Tumor Otak
3) Dapat melakukan pengkajian serta pembuatan asuhan keperawatan dengan gangguan tumor otak.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Anatomi Fisiologi
Susunan saraf adalah sistim yang mengontrol tubuh kita yang terus menerus menerima, menghantarkan dan memproses suatu informasi dan bersama sistim hormon, susunan saraf mengkoordinasikan semua proses fungsional dari berbagai jaringan tubuh, organ dan sistim organ manusia. (Triayu.2012)
Susunan saraf sadar (Voluntary nervous system) mengontrol fungsi yang dikendalikan oleh keinginan atau kemauan kita. Saraf ini mengontrol otot rangka dan menghantarkan impuls sensori ke otak. Melalui saraf ini kita dapat melakukan gerakan aktif dan menyadari keadaan diluar tubuh kita dan secara sadar mengendalikannya.
Susunan saraf otonom/ tak sadar (automatic nervous system) saraf ini menjaga organ tubuh bagian dalam supaya berfungsi dengan baik seperti : hati, paru-paru, jantung dan saluran cerna. Fungsi dasar yang penting bagi kehidupan seperti makan, metabolisme, sirkulasi darah dan pernafasan dikendalikan dengan bantuan susunan saraf otonom. Susunan saraf otonom dibagi menjadi susunan saraf simpatik (menyebabkan tubuh dalam keadaan aktif) dan susunan saraf para simpatik (sistim pengontrol konstruktif dan menyenangkan).
Serebrum terdiri dari dua hemisfer yaitu kiri dan kanan, empat lobus yaitu :
a. Lobus frontal berfungsi mengontrol perilaku individu, membuat keputusan, kepribadian dan menahan diri.
b. Lobus parietal merupakan lobus sensori berfungsi menginterpretasikan sensasi, berfungsi mengatur individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.
c. Lobus temporal berfungsi menginterpretasikan sensasi kecap, bau, pendengaran dan ingatan jangka pendek.
d. Lobus oksipital bertanggung jawab menginterpretasikan penglihatan
gr. (Muslimah,2012)
Otak menerima 20% dari curah jantung dam memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang peling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa.
Dan 65% dari kebutuhan glukosa tubuh digunakan untuk metabolisme otak yang mana 90% aerobic dan 10% anairobik. Bila otak tidak mendapat aliran darah selama 3 – 6 menit akan timbul gangguan fungsional dan kerusakan structural secara menetap. Otak berfungsi sebagai pusat integrasi dan koordinasi organ-organ sensorik dan sistim efektor perifer tubuh, sebagai pengatur informasi yang masuk, simpanan pengalaman, impuls yang keluar dan tingkah laku. Dari dalam ke arah luar otak diselubungi oleh tiga lapisan meningen, lapisan pelindung yang paling luar adalah tengkorak.
Otak bukan masa yang uniform, melainkan suatu organ yang sangat kompleks. Secara fungsional dan anatomis otak dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
a. Batang otak yang menghubungkan medulla spinalis dengan serebrum terdiri dari medulla oblongat, pons dan mesensefalon (otak tengah).
1. Medulla oblongata adalah bagian otak yang langsung menyambung dengan medulla spinalis. Berkas saraf yang berjalan disini berasal dari serebrum dan berfungsi untuk pergerakan otot rangka. Di medula oblongata berkas ini menyebrang ke sisi yang berlawanan yang disebut jalan/ traktus poramidalis. Itu sebabnya jika kerusakan otak bagian kiri akan menyebabkan kelumpuhan bagian kanan tubuh dan sebaliknya. Selain traktus piramidalis ada kelumpuhan sel-sel saraf yang terdapat di medulla oblongata yakni pusat otot yang mengontrol fungsi vital seperti pernafasan, denyut jantung dan tonus pembuluh darah.
2. Pons berupa ninti (neucleus). Pons merupakan switch dari jalur yang menghubungkan korteks serebri dan serebllum.
3. Mesensefalon merupakan bagian otak yang sempit terletak antara medulla oblongata dan diensefalon. Pada mesensefalon terdapat formation retikularis, suatu rangkaian penting yang antara lain mengatur irama tidur dan bantun, mengontrol refleks menelan dan muntah.
b. Otak kecil (cerebelum)
Cerebellum terletak dibelakang fossa krenialis dan melekat ke bagian belakang batang otak. Cerebllum berperan penting dalam menjaga keseimbangan dan mengatur koordinasi gerakan yang diterima dari segmrn posterior medulla spinalis yang memberi informasi tentang keregangan otot dan tanda serta posisi-posisi sendi.
c. Otak besar (cerebrum)
Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar dan terbagi atas dua belahan yaitu : hemisper kiri dan kanan. Sebagian dari kedua hemisper dipisahkan oleh pistula longitudinal dan sebagian dipersatukan oleh pita serabut saraf yang melebar (korpus kolosum).
d. Diensefalon
Dibagi menjadi empat wilayah :
1) Thalamus
Thalamus merupakan stasiun pemancar yang menerima impuls ageren dari seluruh tubuh lalu memprosesnya dan meneruskannya ke segmen otak yang lebih tinggi. Kapsula interna yang terletak disekitar thalamus berupa berkas saraf penting yang datang dari serebri dan dikompres kedalam rongga yang kecil.
2) Hipotalamus
Hypothalamus merupakan pusat pengontrol susunan saraf otonom juga mempengaruhi metabolisme, observasi makanan dan mengatur suhu tubuh, karena letaknya sangat dekat dengan kelenjar pitviteri.
3) Subtalamus
Fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus dapat menimbulkan diskenisia diamatis yang disebut nemibalismus yang ditandai oleh gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sis tubuh. Gerakan infontuler biasanya lebih nyata pada tangan dan kaki.
4) Epitalamus
Epitalamus dengan sistim limbic dan berperan pada beberapa dorongan emosi dasar dan integrasi informasi olfaktorius.
Pembuluh darah yang mendarahi otak tardiri dari :
a. Sepasang pembuluh darah karotis : denyut pembuluh darah besar ini dapat kita raba dileher depan, sebelah kiri dan kanan dibawah mandibula, sepasang pambuluh darah ini setelah masuk ke rongga tengkorak akan bercabang menjadi tiga :
a) Sebagian menuju ke otak depan (arteri serebri anterior)
b) Sebagian menuju ke otak belakang (arteri serebri posterior)
c) Sebagian menuju otak bagian dalam (arteri serebri interior)
d) Ketiganya akan saling berhubungan melalui pembuluh darah yang disebut arteri komunikan posterior.
b. Sepasang pembuluh darah vertebralis : denyut pembuluh darah ini tidak dapat diraba oleh karna kedua pembuluh darah ini menyusup ke bagian samping tulang leher, pembuluh darah ini mendarahi batang otak dan kedua otak kecil, kedua pembuluh darah teersebut akan saling berhubungan pada permukaan otak pembuluh darah yang disebut anastomosis.
2.2 Definisi
Tumor ialah Istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan benigna (jinak) dalam setiap bagian tubuh. Pertmbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan berkembang dengan mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya. (Hinchliff, 1997).
Neoplasma /tumor adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh secara terus menerus secara tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitar dan tidak berguna bagi tubuh (Puspita,1996).
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (Price,1995).
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada infrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak (Smeltzer,2001).
2.3 Etiologi
Penyebab tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena (Smeltzer,2001) :
1. Genetik
Tumor susunan saraf pusat primer nerupakan komponen besar dari beberapa gangguan yang diturunkan sebagai kondisi autosomal, dominant termasuk sklerasis tuberose, neurofibromatosis.
2. Kimia dan Virus
Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus menyebabkan terbentuknya neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi hubungannya dengan tumor pada manusia masih belum jelas.
3. Radiasi
Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak menyebabkan terbentuknya neoplasma setelah dewasa.
4. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.
2.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang terjadi pada penderita tumor otak (Alisarjuni,2013) adalah :
1. Nyeri Kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala berat juga sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian frontal. Tumor pada fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher.
2. Perubahan Status Mental
Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan mood dan berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala umum pada penderita dengan tumor lobus frontal atau temporal. Gejala ini bertambah buruk dan jika tidak ditangani dapat menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma.
3. Edema Papil
Gejala umum yang tidak berlangsung lama pada tumor otak, sebab dengan teknik neuroimaging tumor dapat segera dideteksi. Edema papil pada awalnya tidak menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi edema papil yang berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta, penyempitan lapangan pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang tidak menetap.
4. Muntah
Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari massa tumor tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah berulang pada pagi dan malam hari, dimana muntah yang proyektil tanpa didahului mual menambah kecurigaan adanya massa intracranial.
5. Kejang
6. Vertigo
Pasien merasakan pusing yang berputar dan mau jatuh.
2.5 Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien. Gejala-gejalanya sebaiknya dibicarakan dalam suatu perspektif waktu. Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2 faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat. Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer. (Alisarjuni,2013)
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapatumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal. Peningkatan tekanan intra kranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan oedema dalam jaruingan otak. Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami, namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinaldari ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid menimbulkan hidrocepalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oelh karena itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darahintra kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul bila girus medialis lobus temporals bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan men ensefalon menyebabkab hilangnya kesadaran dan menenkan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil sebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat. Intrakranialyang cepat adalah bradicardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi dan gangguan pernafasan).
2.6 Pathway (Terlampir)
2.7 Klasifikasi
Tumor otak dapat diklasifikasikan (Alisarjuni,2013) sebagai berikut :
a. Berdasarkan jenis tumor
1) Jinak
· Acoustic neuroma
· Meningioma
· Pituitary adenoma
· Astrocytoma (grade I)
2) Malignant
· Astrocytoma (grade 2,3,4)
· Oligodendroglioma
· Apendymoma
b. Berdasarkan lokasi
1) Tumor intradural
a. Ekstramedular
· Cleurofibroma
· Meningioma
b. Intramedular
· Apendymoma
· Astrocytoma
· Oligodendroglioma
· Hemangioblastoma
2) Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid, paru – paru, ginjal dan lambung.
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita Tumor Otak (Alisarjuni,2013) :
a. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih yang menumpuk disekitar lesi sehingga menambah efek masa yang mendesak (space-occupying). Edema Serebri dapat terjadi ekstrasel (vasogenik) atau intrasel (sitotoksik).
b. Hidrosefalus
Peningkatan intracranial yang disebabkan oleh ekspansin massa dalam rongga cranium yang tertutup dapat di eksaserbasi jika terjadi obstruksi pada aliran cairan serebrospinal akibat massa.
c. Herniasi Otak
Peningkatan intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, unkus, dan singuli.
d. Epilepsi
e. Metastase ketempat lain
2.9 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan (Doenges,2000) adalah :
1. CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2. Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).
4. Biopsi stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
5. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
6. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
2.10 Penatalaksanaan
Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya, yaitu (Alisarjuni,2013) :
1. Surgery
Terapi Pre-Surgery :
a. Steroid, menghilangkan swelling, contoh dexamethasone
b. Anticonvulsant, untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti carbamazepine
c. Shunt, digunakan untuk mengalirkan cairan cerebrospinal\
Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat tumor. Pembedahan pada tumor otak bertujuan utama untuk melakukan dekompresi dengan cara mereduksi efek massa sebagai upaya menyelamatkan nyawa serta memperoleh efek paliasi. Dengan pengambilan massa tumor sebanyak mungkin diharapkan pula jaringan hipoksik akan terikut serta sehingga akan diperoleh efek radiasi yang optimal. Diperolehnya banyak jaringan tumor akan memudahkan evaluasi histopatologik, sehingga diagnosis patologi anatomi diharapkan akan menjadi lebih sempurna. Namun pada tindakan pengangkatan tumor jarang sekali menghilangkan gejala-gelaja yang ada pada penderita.
2. Radiotherapy
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam penatalaksanaan proses keganasan. Berbagai penelitian klinis telah membuktikan bahwa modalitas terapi pembedahan akan memberikan hasil yang lebih optimal jika diberikan kombinasi terapi dengan kemoterapi dan radioterapi.
Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif (moderately sensitive), sehingga pada tumor dengan ukuran terbatas pemberian dosis tinggi radiasi diharapkan dapat mengeradikasi semua sel tumor. Namun demikian pemberian dosis ini dibatasi oleh toleransi jaringan sehat disekitarnya. Semakin dikit jaringan sehat yang terkena maka makin tinggi dosis yang diberikan. Guna menyiasati hal ini maka diperlukan metode serta teknik pemberian radiasi dengan tingkat presisi yang tinggi.
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada tumor sementara metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak. Radioterapi jyga digunakan dalam tata laksana beberapa tumor jinak, misalnya adenoma hipofisis.
3. Chemotherapy
Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa menggunakan satu atau dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sel tumor pada klien. Diberikan secara oral, IV, atau bisa juga secara shunt. Tindakan ini diberikan dalam siklus, satu siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu yang singkat, diikuti waktu istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua sampai empat telah lengkap dilakukan, pasien dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah tumor berespon terhadap terapi yang dilakukan ataukah tidak.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR OTAK
A. Pengkajian
1. Data dasar : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, alamat, golongan darah
2. Riwayat kesehatan : apakah klien pernah terpajan zat-zat kimia tertentu, riwayat tumor pada keluarga, penyakit yang mendahului seperti sklerosis TB dan penyakit neurofibromatosis, dan kapan gejala mulai timbul
3. Aktivitas/ istirahat
Gejala : kelemahan/ keletihan, kaku, hilang keseimbangan
Tanda : perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadriplegi, ataksia, masalah dalam keseimbangan, perubahan pola istirahat, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, cemas, keterbatasan dalam hobi dan latihan
4. Sirkulasi
Gelaja : nyeri kepala saat beraktifitas
Tanda : perubahan pada tekanan darah/normal dan perubahan frekuensi jantung
5. Integritas ego
Gejala : faktor stress, perubahan tingkah laku/kepribadian
Tanda : cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi, impulsif
6. Eliminasi
Gejala : inkontinensia kandung kemih/usus mengalami gangguan fungsi
7. Makanan/cairan
Gejala: mual, muntah proyektil, dan mengalami perubahan selera
Tanda: muntah ( mungkin proyektil ), gangguan menelan ( batuk, air liur keluar, disfagia )
8. Neurosensari
Gejala : amnesia, vertigo, synkop, tinitus, kehilangan pendengaran, tingling dan baal pada ekstremitas, gangguan pengecapan
Tanda : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status mental, perubahan pupil, deviasi pada mata ketidakmampuan mengikuti, kehilangan pengindraan, wajah tidak simetris, genggaman lemah tidak seimbang, reflek tendon dalam lemah, apraksia, hemiparese, quadriplegi, kejang, sensitive terhadap gerakan
9. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri kepala dengan intensitas yang berbeda dan biasanya lama
Tanda : wajah menyeringai, respon menarik dari rangsang nyeri yang hebat, gelisah, tidak bias istirahat/tidur
10. Pernapasan
Gejala :
Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat, dispnea, potensial obstruksi
11. Hormonal
Gejala : diabetes insipidus
Tanda : amenorrhea, rambut rontok
12. System motorik
Gejala : scaning speech/hiperekstensi sendi
Tanda : kelemahan
13. Keamanan
Gejala : pemajanan bahan kimia toksik, karsinogen, pemajanan sinar matahari berlebihan
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi
14. Seksualitas
Gejala : masalah pada seksual (dampak pada hubungan perubahan tingkat kepuasan )
Tanda : -
15. Interaksi social
Gejala : ketidakadekuatan system pendukung, riwayat perkawinan ( kepuasan rumah tangga, dukungan ), fungsi peran
Tanda : -
(Doenges,2000)
3.1 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan disfungsi neuromuscular (hilangnya kontrol terhadap otot pernafasan) ditandai dengan : perubahan kedalaman pernafasan, dispnea, obstruksi jalan nafas, aspirasi.
Tujuan : Gangguan pertukaran gas dapat teratasi
Intervensi :
1) Bebaskan jalan nafas
2) Pantau vital sign
3) Monitor pola nafas, bunyi nafas
4) Pantau AGD
5) Monitor penururnan gas darah
6) Kolaborasi O2
2. Gangguan rasa nyaman, nyeri kepla b.d peningkatan TIK, ditndai dengan : nyeri kepala terutama pagi hari, klien merintih kesakitan, nyeri bertambah bila klien batuk, mengejan, membungkuk.
Tujuan : rasa nyeri berkurang
Intervensi :
1) Pantau skala nyeri
2) Berikan kompres dimana pada area yang sakit
3) Monitor tanda vital
4) Beri posisi yang nyaman
5) Lakukan Massage
6) Observasi tanda nyeri non verbal
7) Kaji faktor defisid, emosi dari keadaan seseorang
8) Catat adanya pengaruh nyeri
9) Kompres dingin pada daerah kepala
10) Gunakan teknik sentuham yang terapeutik
11) Observasi mual, muntah
12) Kolaborasi pemberian obat : analgetik, relaksan, prednison, antiemetik
3. Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap depresi SSP, ditandai dengan : kejang, disorientasi, gangguan penglihatan, pendengaran
Tujuan : tidak terjadi cidera
Intervensi :
1) Identifikasi bahaya potensial pada lingkungan klien
2) Pantau tingkat kesadaran
3) Orientasikan klien pada tempat, orang, waktu, kejadian
4) Observasi saat kejang, lama kejang, antikonvulsi,
5) Anjurkan klien untuk tidak beraktifitas
4. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologi, ditandai dengan disorientasi, penurunan kesadaran, sulit konsentrasi
Tujuan : mempertahankan orientasi mental dan realitas budaya
Intervensi :
1) Kaji rentang perhatian
2) Pastikan keluarga untuk membandingkan kepribadian sebelum mengalami trauma dengan respon klien sekarang
3) Pertahankan bantuan yang konsisten oleh staf, keberadaan staf sebanyak mungkin
4) Jelaskan pentingnya pemeriksaan neurologis
5) Kurangi stimulus yang merangsang, kritik yang negatif
6) Dengarkan klieen dengan penuh perhatian semua hal yang diungkapkan klien/keluarga
7) Instruksikan untuk melakukan rileksasi
8) Hindari meninggalkan klien sendiri
5. Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia jaringan, ditandai dengan peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakakan jaringan otak, depresi SSP dan oedema
Tujuan : gangguan perfusi jaringan berkurang/hilang
Intervensi :
1) Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang dapat menyebabkan penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK
2) Catat status neurologi secara teratur, badingkan dengan nilai standart
3) Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana
4) Pantau tekanan darah
5) Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman pnglihatan dan penglihatan kabur
6) Pantau suhu lingkungan
7) Pantau intake, output, turgor
8) Beritahu klien untuk menghindari/ membatasi batuk, untah
9) Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai
10) Tinggikan kepala 15-45 derajat
6. Perubahan persepsi sensori b.d gangguan penglihatan
Tujuan: penglihatan pasien kembali normal
Intervensi :
1) Pastikan atau validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik, orientasikan kembali pasien secara teratur pada lingkungan
2) kurangi tindakan yang akan dilakukan terutama jika penglihatannya terganggu
3) Buat jadwal istirahat yang adekuat/periode tidur tanpa ada gangguan
4) Berikan kesempatan yang lebih banyak untuk berkomunikasi dam melakikan `aktivitas
5) Rujuk pada ahli fisioterap
7. Kebutuhan nutrisi tidak adekuat b.d intake tidak adekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasen menjadi adekuat (mual muntah hilang, napsu makan meningkat dan BB kembali seperti sebelum sakit)
Intervensi :
1) Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan
2) Beri makanan dalam jumlah kecil dan sering
3) Timbang berat badan
4) Konsultasi dengan ahli gizi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Otak manusia adalah struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350cc atau sekitar 2% dari berat orang dewasa dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Metabolisme otak digunakan kira – kira 18% dari total konsumsi oksigen oleh tubuh. Berat otak hanya 2,5 % dari berat badan seluruhnya tapi otak merupakan organ yang paling banyak menerima darah dari jantung yaitu 20% dari seluruh darah yang mengalir ke seluruh bagian tubuh .
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (price, A. Sylvia, 1995: 1030). Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui, tetapi sekarang telah diadakan penelitian mengenai herediter, sisa-sisa embrional, radiasi, virus, substansi-substansi zat karsinogenik, trauma kepala. Penatalaksaan pasien dengan tumor otak dapat dilakukan pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi.
4.2 Saran
1. Perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan tumor otak secara holistik didasari dengan pengetahuan yang mendalam mengenai penyakit tersebut.
2. Klien dan keluarganya hendaknya ikut berpartisipasi dalam penatalaksaan serta meningkatkan pengetahuan tentang tumor otak yang dideritanya.
DAFTAR PUSTAKA
Alisarjuni.2012.”Asuhan Keperawatan Tumor Otak”.(Online),http://alisarjunipadang.blog spot.com/2013/03/penatalaksanaan-tumor-otak.html,diakses 13 Mei 2013.
Doengoes, Marylin E & Moorhouse, (2000).Rencana Askep : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.Jakarta:EGC.
Hinchliff,Sue.1999.Kamus Keperawatan Edisi 17.Jakarta:EGC.
Lynda Juall, Carpenito.2001.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta:EGC.
Muslimah,Tuti.2012.”Anatomi Fisiologi Otak”.(Online), http://cyangtuti.blogspot.com/, diakses 13 Mei 2013.
Price, Sylvia A dan Lorrane M. Wilson.2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol 2.Jakarta:EGC.
Puspita S, S.1996.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jakarta :FK UI.
Smeltzer & Brenda.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC.
Triayu,Indah.2012.”Anatomi Fisiologi Susunan Saraf Pusat”.(Online),http://venasaphenamag na.blogspot.com/2012/06/anatomi-fisiologi-susunan-saraf-pusat.html,diakses 13 Mei 2013.
No comments:
Post a Comment
terima kasih sudah berkomentar di blog saya.....!!!!!