LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN
KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TETANUS
DI RUANG ICU
Nama Mahasiswa : Subhan
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2019
TETANUS
BERBAGAI ASKEP ADA DISINI
PENGERTIAN
Penyakit
tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostridium
tetani. yang bermanifestasi dengan kejang otot secara paroksismal dan diikuti
kekakuan seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot
masester dan otot rangka.
ETIOLOGI
Clostridium
tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti penabuh genderang, berspora,
golongan gram positif, hidup anaerob. Kuman ini mengeluarkan toksin yang
bersifat neurotoksik (tetanus spasmin), yang mula-mula akan menyebabkan kejang
otot dan saraf perifer setempat. Timbulnya tetanus ini terutama oleh
clostridiumTetani yang didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan
yang salah.
PATOFISIOLOGI
Suasana
yang memungkinkan organisme anaerob berpoliferasi dapat disebabkan berbagai
keadaan antara lain :
1.
Luka tusuk dalam, misalnya luka tusuk karena paku,
kuku, pecahan kaleng pisau, cangkul dan lain-lain.
2.
Luka karena kecelakaan kerja, (kena parang) kecelakaan
lalu-lintas
3.
Luka-luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata,
telinga, tonsil
Cara kerja toksin
Toksin
diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui sumbu silindrik ke SSP. Toksin
diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk ke dalam sirkulasi darah arteri
kemudian masuk ke dalam susunan saraf pusat. Toksin bersifat seperti antigen,
sangat mudah diikat jaringan syaraf dan bila dalam keadaan terikat tidak dapat
lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Toksin yang bebas dalam darah sangat
mudah dinetralkan oleh antitoksin spesifik.
FAKTOR PREDISPOSISI
·
Umur tua atau anak-anak
·
Luka yang dalam dan kotor
·
Belum terimunisasi
TANDA DAN GEJALA:
·
Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2 - 21
hari
·
Ketegangan otot rahang dan leher (mendadak)
·
Kesukaran membuka mulut (trismus)
·
Kaku-kuduk (epistotonus), kaku dinding perut dan
tulang belakang
·
Saat kejang tonik tampak risus sardonikus
GAMBARAN UMUM YANG
KHAS PADA TETANUS
1.
Badan kaku dengan epistotonus
2.
Tungkai dalam ekstensi
3.
Lengan kaku dan tangan mengepal
4.
Biasanya kesadaran tetap baik
5.
Serangan timbul paroksismal dan dapat dicetuskan oleh
karena :
·
Rangsang suara, rangsang cahaya, rangsang
sentuhan, spontan.
·
Karena kontriksi sangat kuat dapat terjadi :
aspiksia, sianosis, retensi urin, fraktur vertrebralis (pada anak-anak), demam
ringan (stadium akhir), pada saat kejang suhu dapat naik 2 - 4 derajat celsius
dari normal, diaphoresis, takikardi, sulit menelan.
PROGNOSA
Sangat
buruk bila : ada OMP (otitis Media Purulen),
Luka pada kulit kepala
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
Diagnosa
didasarkan pada : Riwayat perlukaan disertai keadaan klinis kekakuan otot
rahang.
Laboratorium : Leukositosis ringan, peninggian tekanan
cairan otak, deteksi kuman sulit.
PENATALAKSANAAN
1.
Tetanus merupakan keadaan darurat, pengobatan dan
perawatan harus segera diberikan :
2.
Netralisasi toksin dengan injeksi 3000 - 6000 iu
immunoglobulin tetanus disekitar luka
(tidak boleh diberikan melalui IV)
3.
Debridemant luka, biarkan luka terbuka
4.
Penanggulangan kekejangan : isolasi penderita pada
tempat yang tenang, kurangi rangsangan yang membuat kejang, kolaborasi
pemberian obat penenang.
5.
Pemberian Penisilin G cair 10 - 20 juta iu (dosis terbagi) dapat diganti
tetraciklin/Klindamisin untuk membunuh kolistrida vegetatif
6.
Problema pernapasan : Trakeostomi (k/p) dipertahankan
beberapa minggu
7.
Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
8.
Diit TKTP melalui oral/sonde/parenteral
DIAGNOSA PERAWATAN
DIAGNOSA
1.
Kebersihan jalan napas tidak efektif sehubungan
dengan penumpukan sputum pada trakhea, dan spasme otot-otot pernapasan
2.
Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan jalan napas
terganggu akibat spasme otot-oto pernapasan
3.
Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari sehubungan
dengan kondisi lemah dan sering kejang
4.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari yang
dibutuhkan sehubungan dengan kekakuan otot-otot pengunyah
5.
Gangguan Hubungan interpersonal sehubungan dengan
kesulitan bicara
6.
Potensial terjadinya gangguan keseimbangan cairan sehubungan dengan kesulitan menelan
7.
Gangguan integritas kulit
8.
Kurangnya pengetahuan pasien akan penyakitnya: roses
pencetus, penanggulangan sehubungan dengan kurangnya informasi
9.
Gangguan rasa nyaman: kurang istirahat sehubungan
dengan seringnya kejang-kejang
|
INTERVENSI
·
Atur posisi tubuh pasien
·
Bantu mengeluarkan lendir (suction bila perlu)
·
Pemberian cairan yang adekuat
·
Beri oksigen bila perlu
·
Monitor irama pernapasan dan respiratori rate
·
Observasi adanya tanda-tanda sianosis
·
Monitor suhu tubuh
·
Kaji tingkat kesadaran
·
Atur posisi : luruskan jalan nafas
·
Pemberian oksigen kalau perlu
·
Kolaborasi : monitor Astrup
·
Bantu semua kebutuhan pasien
·
Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
·
Cegah terjadinya komplikasi akibat tirah
baring yang lama
·
Pasang selang NGT (bilaperlu)
·
Berikan makanan sesuai anjuran ahli gizi
·
Ciptakan hubungan yang harmonis
·
Ajarkan cara menjawab bila ditawarkan sesuatu
·
Pemberian cairan yang adekuat (NGT/parenteral)
·
Kaji turgor kulit:kelembaban suhu tubuh
·
Monitor intek dan output
·
Bersihkan luka biarkan terbuka
·
Kolaborasi: antibiotika dan roboransia
·
Kaji tingkat pengetahuan pasien
·
Berikan pendidikan kesehatan sesuaikan tingkat
pengetahuan
·
Evaluasi hasil pendidikan yang telah diberikan
·
Beri pengertian tentang proses penyakit dan
keadaan yang timbul
·
Beri suasana yang tenang atau sedikit rangsang
·
Kolaborasi: Diazepam dan valium
|
KEPUSTAKAAN:
1.
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam , Jakarta Universitas
Indonesia Press, 1990
2.
Thedore.R, Ilmu Bedah, Jakarta, EGC, 1993
3.
Maryln Doengoes, Nursing Care Plan, Edisi III,
Philadelpia, 1993
No
|
DIAGNOSA PERAWATAN
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
1.
|
Potensial Injuri / trauma sehubungan dengan :
·
Kekakuan otot - otot
rahang,mulut,wajah,ekstremitas.
·
kemungkinan terjatuh pada saat serangan.
·
Kelemahan umum.
·
Afasia, vertigo
|
Kecelakaan tidak terjadi :
·
pasien tidak terjatuh pada saat serangan.
·
Lidah tidak tergigit.
·
tidak terjadi aspirasi (sekret).
|
1.
Minitor tanda-tanda kekakuan tubuh, mulut, wajah
serta luka dari perdarahan.
2.
Berikan pengaman, bantal, penghalang tempat tidur.
3.
Mempertahanlan posisi bed rest pada saat serangan.
4.
Lindungi lidah dengan tong spatel pada saat serangan.
5.
Minimalkan faktor pencetus :
ketenangan,
reseptor
6.
Siapkan alat emergensi /resusitasi dan berikan life
support.
Monitor ketat reaksi anafilaktik pada saat pemberian ATS
|
Tanda-tanda awal kekakuan untuk cepat dilakukan intervensi
guna memcegah komplikasi.
Mencegah proteksi pada saat serangan
Menghindari resiko terjatuh
Menghindari lidah tergigit.
Lingkungan tenang mengurangi timbulnya serangan.
Untuk emergensi bila terjadi syok.
Pemberian ATS dapat menimbulkan reaksi anafilaktik.
|
Tanggal 1 Mei
2002
Observasi tanda-tanda kekakuan :
trismus (+), Kaku kuduk (+), Extremitas (+) , kesadaran
baik.
Memasang pengaman samping tempat tidur.
Mempertahankan posisi tidur , miring kiri/kanan.
Menyiapkan tong spatel.
Memberikan lingkungan bersih ,suasan tenang, lantai , alat
tenun semua bersih.
Memberikan obat dan mengobservasi kemungkinan terjadi
anafilaktik syok.
ATS : 20.000 IU
PP : 2 x 1,5 juta IU
Deazepam 5 mg 3 x 1
|
S: Pasien mengeluh sulit bicara,extremitas terasa kaku,
leher terasa kaku, sulit buka mulut.
O: serangan tidak terjadi, kekakuan otot di seluruh tubuh,
kesadaran baik.
A: TD : 130/90, Nadi : 84x/mt, Respirasi : 20 x/mt, suhu :
36 derajat C,Konsul fisiotherapi untuk latihan gerak.
P: Implementasi si diteruskan.
|
2.
|
Potensial Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan
dengan :
·
Perubahan kemampuan penyerapan zat makanan.
·
kekakuan otot untuk mengunyah dan menelan.
Hipermetabolik.
|
Menunjukkan terpeliharanya berat badan.
Tidak terdapat tanda-tanda mal nutrisi sampai pada batas
normal.
|
1.
Kaji kemampuan mengunyah, menelan dan mengeluarkan
sekret.
2.
Auskultasi bising usus
3.
Timbang BB secara teratur.
4.
Elefasi kepala pada saat makan
5.
Beri makan dalam porsi kecil tapi sering.
Kolaborasi :
·
Konsul pada ahli gizi.
·
Monitor hasil lab : albumin, glukosa,
elektrolit.
·
Pasang alat bantu pemasukan makanan (tube).
Spech fisioterapi bila terjadi gangguan menelan, rahang patah,kontraktur
tangan dan paralisis.
|
Untuk menentukan bentuk makanan dan mencegah timbulnya
aspirasi.
Fungsi GIT dipengaruhi kerja otak,bunyi usus menandakan
adanya respon terhadap makanan.
Untuk evaluasi terapi nutrisi.
Menghindari aspirasi dan regurgitasi.
Toleransi penyerapan dan penyesuaian terhadap makanan.
Kebutuhan nutrisi yang disesuaikan dengan usia dan postur
tubuh.
Identifikasi keberhasilan terapi nutrisi
Jika gangguan menelan terjadi
Membantu meningkatkan pergerakan/ mobilisasi
|
Menanyakan dan oservasi pasien tentang mengunyah, menelan,
buka mulut dan makan yang disukai.
Auskultasi bising usus.
Pasien belum ditimbang, kondisi masih lemah, belum bisa
turun dari tempat tidur.
Mengangkat kepala pasien pada saat menyuapi makanan.
Menyuapi pasien dengan diit bubur saring.
|
S: pasien menyatakan dapat makan sedikit- sedikit,dan
menyukai semua jenis makanan.
O: refleks menelan baik, buka mulut agak sukar, mengunyah
baik,Bising usus ada,makanan (diit) dapat habis.
A: Malnutrisi tidak terjadi.
P: Implementasi dilanjutkan.
|
3
|
Pengetahuan kurang tentang proses penyakit dan prognosis
yang ditandai dengan :
S: Pasien menanyakan tentang penyakitnya, apakah dapat
sembuh ?
O: pasien tampak gelisah dan sering bertanya.
|
Pasien dapat mengerti tentang penyakitnya dan dapat
menjelaskan kembali
|
1.
Diskusikan program perawatan yang dilaksanakan
sekarang yang tdd: diit, dosis obat,prognosis,hasil yang diharapkan.
2.
Anjurkan pasien untuk mengikuti semua instruksi
dengan mengingat, jika perlu ditulis.
Jelaskan dan diskusikan tentang perawatan mandiri pasien
dan keluarga.
|
Memberikan kejelasan dan sebagai follow up jika pasien
pulang.
Membantu bila terjadi masalah yang sama (dirumah).
Meningkatkan peran pasien dalam perawatan diri sendiri.
|
Berdiskusi bersama pasien dan suami pasien tentang
penyakit dan bagai mana pencegahannya
mendiskusikan tentang bagaimana dirumah nanti, untuk
mencegah tidak terulang lagi
Mengajarkan tentang personal hygiene untuk pasien dan
suami pasien.
|
S: Menyatakan mengerti dan tidak ingin terulang lagi.
O: pasien dan suami pasien melaksanakan semua yang tekah
diajarkan.
A: Penjelasan sudah disampaikan.
P: Implementasi dilanjutkan bila masih ada hal-hal yang
belum mengerti.
|
Tanggal 2 Mei
1996
Observasi tanda - tanda kekakuan :
trismus (+), Kaku kuduk (+), Extremitas (+) , kesadaran
baik.
Memasang pengaman samping tempat tidur.
Mempertahankan posisi tidur , miring kiri/kanan.
Memberikan obat dan mengobservasi kemungkinan terjadi
anafilaktik syok.
·
ATS : 20.000 IU
·
PP : 2 x 1,5 juta IU
·
Deazepam
5 mg 3 x 1
|
S:Pasien mengeluh ,extremitas masin terasa kaku, leher
terasa kaku, buka mulut sudah bisa.
O: serangan tidak terjadi, kekakuan otot di seluruh tubuh
agak berkurang, kesadaran baik.
A: TD : 130/90, Nadi : 84x/mt, Respirasi : 20 x/mt, suhu :
36 derajat latihan gerak tangan kaki, belajar duduk dan berdiri masih harus
dibantu..
P: Implementasi si diteruskan.
|
|||||
oservasi pasien tentang mengunyah, menelan, buka mulut
Pasien ditimbang, berat badan 70 kg.
Mengangkat kepala pasien pada saat menyuapi makanan.
Menyuapi pasien dengan diiit bubur saring.
|
S: pasien menyatakan dapat makan sedikit- sedikit,
O: refleks menelan baik, buka mulut agak sukar, mengu nyah
baik, ,makanan (diit) dapat habis.
A: Malnutrisi tidak terjadi.
P: Implementasi dilanjutkan.
|
|||||
Menanyakan tentang yang diterangkan kemarin bersama pasien
dan suami pasien tentang penyakit dan bagai mana pencegahannya apakah masih
ingat
mengulang mendiskusikan kembali tentang bagaimana dirumah
nanti, untuk mencegah tidak terulang lagi penyakit yang sama.
Mengajarkan kembali tentang personal hygiene untuk pasien
dan suami pasien dan menanyakan hal-hal yang belum mengerti.
|
S: Menyatakan masih ingat dan dapat mencerita kan kembali
sebagian
O: pasien dan suami pasien
mau melaksanakan semua yang tekah diajarkan.
A: Penjelasan sudah disampaikan.
P: Implementasi dilanjutkan.
|
0 komentar:
Post a Comment