Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
 (Keliat, Budi Anna. 2005)
 Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri atau perasaan tentang diri, kemampuan diri yang negatif serta dipertahankan dalam waktu yang lama.
(NANDA, 2005)
    Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa dirinya lebih rendah dari orang lain.
 (Ade Herman Surya Direja, 2011)
    Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dan dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan.
(lyus, 2009)
    Harga diri adalah penialian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yaitu di cintai,dihormati,dan dihargai. Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan, sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima dilingkungan. Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai meningkatnya usia. Untuk meningkatkan harga diri anak diberi kesempatan untuk sukses, beri harapan jangan terlalu tinggi dan sesuaikan dengan budaya, berikan dorongan untuk aspirasi atau cita-citanya dan bantu untuk membentuk pertahaan diri dalam hal-hal yang mengganggu persepsinya. Harga diri sangat mengancam pada masa pubertas karena pada masa ini harga diri mengalami perubahan. Pada usia dewasa harga diri menjadi stabil dan memberikan gambaran yang jelas tentang dirinya dan cenderung lebih mampu menerima keberadaan dirinya. Hal ini di dapatkan dari pengalaman menghadapi kekurangan diri dan meningkatkan kemampuan secara maksimal kelebihan dirinya.   
(Iyus,2009)
    Menurut Amai Otong Self Esteem dipengaruhi oleh pengalaman individu dalam perkembangan fungsi ego, dimana anak-anak yang dapat beradaptasi terhadap lingkungan internal dan eksternal biasanya memiliki perasaan aman terhadap lingkungan dan menunjukkan self eksteem yang positif. Sedangkan individu yang memiliki harga diri rendah cenderung untuk mempersepsikan lingkungan negatifnya sangat mengancam. Mungkin pernah mengalami depresi atau gangguan dalam fungsi egonya.
    Menurut Patricia D. Barry dalam mental healt and mental illness. Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima lingkungan dan gambaran-gambaran negative tentang dirinya.barry mengemukakan, Selft Esteem is a feeling of self acceptance and positive self image. Pengertian lain mengemukakan bahwa harga diri rendah adalah menolak diri sendiri, merasa tidak berharga dan tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupan sendiri. Individu gagal menyesuaian.
    Menurut Peplau dan Sulvian harga diri berkaitan dengan pengalaman interpersonal dalam tahap perkembangan dan bayi sampai lanjut usia anak sering dipersalahkan, ditekan sehingga perasaan amannya tidak terpenuhi dan merasa ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang digunakan tidak efektif akan menimbulkan harga diri rendah. Menurut Caplan, lingkungan social akn mempengaruhi individu, pengalaman seseorang dan adanya perubahan social, tidak dihargai akan menyebabkan stress dan menimbulkan penyimpanan perilaku akibat harga diri rendah.
    Harga diri rendah berhubungan dengan hubungan interpersonal yang buruk dan terutama menonjol pada klien skizofrenia dan depresi.
(Stuart, 2007)
2.2  Etiologi harga diri rendah
    Dalam tinjauan life spam history klien, penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberikan pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya. Harga diri rendah kronisterjadi merupakan proses kelanjutan dari harga diri rendah yang tidak diselesaikan. Dapat juga terjadi karena individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan lingkungan yang selalu member respon negative mendorong individu menjadi harga diri rendah.
    Harga diri rendah kronis terjadi disebekan banyak factor awalnya individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor, individu berusaha menyelesaikan tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal dalam menjalakan fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika lingkungan tidak member dukungan positive atau justru menyalahkan individu dan terjado secara terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis. Ada beberapa factor yang mempengaruhi harga diri rendah diantaranya yaitu :
1.    Factor predisposisi. Factor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan kepada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
2.    Factor presipitasi. Factor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan atau bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara situasional misalnya karena trauma yang muncul secara tiba-tiba. Misalnya harus tiba-tiba di operasi, kecelakaan, perkosaan, tau dipenjara termasuk dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat orang lain tidak nyaman . harga diri rendah kronik biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negative dan meningkat saat dirawat. Baik factor predisposisi ataupun presipitasi diatas bila mempengaruhi seseorang dalam berfikir, bersikap maupun bertindak, maka dianggap akan mempengaruhi terhadap koping individu tersebut sehingga menjadi tidak efektif. Bila kondisi pada klien tidak dilakukan intervensi lebih lanjut dapat menyebabkan klien tidak mampu bergaul dengan orang lain yang menyebabkan klien asyik dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga dapat muncul resiko perilaku kekerasan.
(Riyadi dan Teguh, 2009)
2.3  Manifestasi Klinis
1.    Mengecek dan mengkritik diri
2.    Merasa bersalah dan khawatir, menolak diri sendiri
3.    Mengalami gejala fisik : tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan zat
4.    Menunda keputusan
5.    Sulit bergaul
6.    Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas
7.    Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga, halusinasi
8.    Merusak atau melukai orang lain
9.    Perasaan tidak mampu
10.    Tidak menerima pujian
11.    Pandangan hidup yang pesimistis
12.    Penurunan produktivitas
13.    Tidak menerima pujian
14.    Berpakaian tidak rapi
(Riyadi dan Teguh, 2009)
2.4  Akibat
Klien yang mengalami harga diri rendah bisa mengakibatkan gangguan interaksi sosial: menarik diri, memicu munculnya perilaku kekerasan yang berisiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Isolasi social merupakan keadaan dimana individu dan kelompok mengalami kebutuhan meningkat keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk melakukan kontak.
Tanda dan gejala
Data Subyektif :
a.    Klien mengatakan kesepian
b.    Klien mengatakan tidak mempunyai teman
c.    Klien megatakan lebih sering dirumah, sendiri
d.    Klien mengatakan tidak dapat berhubungan social
Data Obyektif:
a.    Menyendiri
b.    Diam
c.    Ekspresi wajah murung, sedih
d.    Sering larut dalam pikirannya sendiri
Sedangkan perilaku kekerasn adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik kepada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan gejala
Data Subyektif:
a.    Mengungkapkan mendengar suara-suara yang mengancam, menyuruh melakukan pencederaan pada diri sendiri, orang lain atau lingkungan.
b.    Mengatakan takut, cemas, atau kuatir.
Data Obyektif:
a.    Wajah tegang dan marah
b.    Mondar-mandir
c.    Mata melotot, rahang menutup
d.    Tangan mengepal
e.    Keluar keringat banyak dan mata merah
2.5     Pohon Masalah
Resiko Perilaku Kekerasan
Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
Isolasi Sosial: Menarik Diri
Koping Individu Inefektif
2.6     Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji
1.    Masalah Keperawatan
a.    Isolasi social: menarik diri
b.    Gangguan konsep diri: harga diri rendah
c.    Koping individu inefektif
2.    Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan harga diri rendah
a.    Data subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri.
b.    Data obyektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative tindakan, mencederai diri/ ingin mengakhiri hidup.
2.7  Diagnosa Keperawatan
1.    Harga Diri Rendah
2.    Isolasi Social: Menarik Diri 
3.    Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
4.    Resiko Perilaku Kekerasan
    Prioritas Diagnosa Keperawatan:
1.    Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Sekian postingan saya mengenai askep harga diri rendah semoga bermanfaat

0 komentar: