BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap ibu menginginkan bayinya dalam keadaan sehat
tanpa gangguan apapun dalam pekembangan bayinya. Namun dalam perkembangannya,
bayi dan balita juga tidak lepas dari hambatan perkembangan seperti beberapa
sindrom yang menyebabkan terhambatnya perkembangan bahkan dapat menyebabkan
kematian speperti kasus SIDS.
SIDS atau
bila diterjemahkan sindroma kematian mendadak adalah kematian mendadak pada
bayi berusia kurang dari 1 tahun. Walaupun telah dilakukan autopsi secara menyeluruh,
penyebab kematiannya tidak jelas. SIDS sering juga di sebut cribe death. SIDS
adalah penyebab utama kematian bayi postneonatal.
Cacat
biologis juga memungkinkan bayi rentan selama periode kritis dalam
perkembangannya terhadap beberapa pengalaman yang memicu SIDS, seperti terkena asap
rokok, terkena kafein saat prenatal, atau tidur dengan posisi tengkurap.
Para dokter menyarankan agar bayi tidak tidur di permukaan lembut, seperti
bantal, selimut tebal, atau kulit binatang dan di bawah seprai atau selimut,
yang terutama saat bayi tengkurap karena penelitian menunjukkan bukti kuat
mengenai hubungan antara SIDS dan tidur tengkurap. Tidur miring juga tidak baik
bagi bayi karena saat bayi ditidurkan secara miring akan berpindah keposisi
tengkurap. Sebaiknya bayi ditidurkan terlentang karena menghasilkan sedikit
hambatan sementara dalam perkembangan keterampilan motorik yang membutuhkan
kekuatan tubuh bagian atas seperti berguling, duduk, merangkak, dan berjalan.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis merasa tertarik untuk menyusun
makalah ini agar dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada masyarakat
sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya bayi meninggal mendadak.
1.2
Tujuan
1.
Untuk mengetahui dan memahami pengertian SIDS
2.
Untuk mengetahui dan memahami etiologi SIDS
3.
Untuk mengetahui dan memahami faktor resiko SIDS
4.
Untuk mengetahui dan memahami gambaran klinis SIDS
5.
Untuk mengetahui dan memahami diagnosa SIDS
6.
Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan dan tes SIDS
7.
Untuk mengetahui dan memahami pencegahan SIDS
8.
Untuk mengetahui dan memahami penanganan SIDS
9.
Untuk mengetahui dan memahami konseling kepada orang
tua
1.3
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian SIDS?
2.
Apa etiologi SIDS?
3.
Apa faktor resiko SIDS?
4.
Apa gambaran klinis SIDS?
5.
Apa diagnosa SIDS?
6.
Bagaimana pemeriksaan dan tes SIDS?
7.
Bagaimana pencegahan SIDS?
8.
Bagaimana penanganan SIDS?
9.
Bagaimana konseling kepada orang tua?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Sindrom kematian mendadak pada bayi atau Sudden
Infant Death Syndrome (SIDS) adalah kematian mendadak bayi usia di bawah 1
tahun tanpa sebab yang diketahui.
SIDS (Sudden Infant Death Syndrome )
merupakan sindroma kematian mendadak pada bayi. Hal ini bisa saja terjadi pada
bayi yang tadinya sehat tidak sakit sedikitpun, namun tiba-tiba ditemukan dalam
keadaan meninggal tanpa diketahui penyebabnya.
Sindroma Kematian Bayi Mendadak (SIDS) adalah suatu
kematian yang mendadak dan tidak terduga pada bayi yang tampaknya sehat.
Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) atau bila diterjemahkan menjadi
sindroma kematian
bayi mendadak diartikan sebagai kematian mendadak pada bayi berusia kurang
dari 1 tahun yang tidak dapat dijelaskan penyebab kematiannya baik setelah
dilakukan otopsi menyeluruh, pemeriksaan tempat kematian dan pemeriksaan riwayat medis bayi dan
keluarganya. Jika telah dilakukan ketiga pemeriksaan
itu dan masih tidak dapat dijelaskan penyebab kematian mendadaknya maka
disimpulkan penyebab kematiannya adalah SIDS.
SIDS terjadi pada bayi sehat pada saat ditidurkan
tiba-tiba meninggal beberapa jam kemudian. SIDS terjadi kurang lebih 4 dari
1000 kelahiran hidup, insidens puncak dari SIDS pada bayi usia 2 minggu dan 1
tahun.
2.2 Etiologi
SIDSterjadi pada saat bayi tidur dan berdasarkan statistik 90% terjadi pada bayi
usia di bawah 6 bulan. 15-20% terjadi pada pusat perawatan bayi. Secara pasti
penyebabnya belum diketahui, namun beberapa ahli telah melakukan penelitian dan
mengemukakan ada beberapa penyebab dari SIDS yaitu:
1. Jeda pernafasan karena apnea dan
sianosis.
Jeda pernafasan karena
apnea dan sianosis yang lama selama tidur telah diobservasi pada dua bayi yang
kemudian dianggap meninggal karena SIDS dan telah diamati pula adanya obstruksi
saluran nafas bagian atas dengan jeda pernafasan serta bradikardia yang lama
pada bayi-bayi dengan SIDS abortif. Walaupun demikian masih belum pasti apakah
apnea sentral atau apnea obstruktif yang lebih penting dalam terjadinya SIDS.
2. Cacat batang otak.
Sedikitnya dua kepingan
bukti telah mengisyaratkan bahwa bayi-bayi dengan SIDS memiliki abnormalitas
pada susunan saraf pusat.
3. Fungsi saluran nafas atas yang abnormal
Berdasarkan pada
perkembangan dan anatomi, bayi yang muda dianggap beresiko tinggi terhadap
saluran pernafasan bagian atas, apakah keadaan ini terjadi pada SIDS masih
belum di ketahui.
4. Reflek saluran nafas yang hiperreaktif.
Disebabkan karena
masuknya sejumlah cairan ke dalam laring dapat merangsang timbulnya reflek ini
dan diduga menimbulkan apnea, maka diberikan perhatian yang cukup besar akan
kemungkinan reflek gasoesofagus dan aspirasi sebagai mekanisme primer
terjadinya SIDS pada beberapa bayi.
5. Abnormalitas jantung.
Beberapa ahli
mengajukan adanya ketidakstabilan pada jantung muda, tetapi belum mendapatkan
bukti yang meyakinkan saat ini untuk menunjukan bahwa aritmia jantung memainkan
peranan pada SIDS.
2.3
Faktor Resiko
1.
Prenatal
(sebelum lahir) :
a. Ibu
yang merokok,
pecandu alkohol
dan heroin
b. Nutrisi prenatal yang tidak mencukupi
c. Hamil
pada usia muda
d. Ibu
kelebihan berat badan
e. Jenis
kelamin
laki-laki
2.
Postnatal
(sesudah lahir) :
a. Bayi Lahir
Prematur atau BBLR.
Bayi yang lahir
prematur atau bayi yang lahir cukup bulan tetapi bayi lahir dengan berat badan
rendah (BBLR) berisiko 50% lebih besar mengalami SIDS. Tingginya risiko bayi
prematur mengalami SIDS karena seluruh sistem organ tubuhnya terutama
paru-parunya belum mencapai tahap pematangan yang cukup, sehingga belum siap
berfungsi menopang kehidupan di luar rahim ibu. Bayi dengan kondisi seperti ini
sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan secara teratur ke dokter anak
untuk memantau perkembangan fungsi organ-organnya.
b. Posisi
Tidur Tengkurap
Memiliki persentasi terbesar penyebab bayi berusia
kurang dari 12 bulan meninggal mendadak. Menurut penelitian, bayi yang
mengalami SIDS akibat tidur tengkurap ini umumnya adalah bayi berusia kurang
dari 6 bulan, karena sistem pernapasannya belum matang atau bekerja
dengan sempurna. Bila bayi ditidurkan dalam posisi tengkurap, akibatnya bayi
akan alami sesak napas. Sebaiknya pilih posisi tidur bayi sesuai dengan kondisi
bayi.
c. Menyusui Sambil Tidur
Posisi menyusui sambil
tiduran kerap menyebabkan ASI tidak masuk ke dalam saluran pencernaan,
melainkan masuk ke saluran pernapasan. Keadaan ini akan menyebabkan bayi gumoh,
dan cairan gumoh bisa menyebabkan bayi kesulitan bernapas bila masuk ke dalam
saluran pernapasan. Selain itu kebiasaan menyusui sambil tiduran, membuat ibu
tertidur saat menyusui lalu tanpa disadari tubuhnya jatuh menimpa bayi,
sehingga bayi mengalami kesulitan bernapas sampai akhirnya meninggal.
d. Tidak
disendawakan
Berdasarkan hasil riset
ketika bayi gumoh, cairan gumoh bisa masuk ke dalam saluran napas, sehingga
bayi kesulitan bernapas. Para dokter menganjurkan orang tua untuk menyendawakan
bayi setelah diberi ASI atau disendawakan ditengah proses pemberian ASI.
Bersendawa membuat udara yang tertelan oleh bayi ketika menyusui ke luar dari
perutnya.
e.
Kadar
Neurotransmitter Serotonin Rendah.
Bayi meninggal akibat
SIDS ternyata memiliki kadar Neurotransmitter Serotonin rendah (kadar
normal 101-283 nanogram/milliliter) pada bagian batang otak, medula oblongata.
Medula oblongata berfungsi untuk mengontrol pernapasan, suhu tubuh, tekanan
darah, dan detak jantung. Keadaan ini terjadi karena faktor genetik, sehingga
tidak ada upaya yang dapat dilakukan untuk mencegahnya.
f. Asap Rokok.
Bayi yang memiliki
orang tua perokok, terbukti memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami SIDS
dibandingkan bayi yang orang tuanya bukan perokok. Bayi dengan orang tua
perokok akan menghisap karbondioksida (CO2). Banyaknya volume karbondioksida
yang dihisap oleh bayi perokok pasif ini menjadi faktor penyebab meningkatnya
gangguan pada sistem pernapasan yang menyebabkan bayi meninggal mendadak.
g. Temperatur
ruangan yang meningkat atau pada musim dingin.
h. Pembedongan
yang berlebihan, pakaian yang berlebihan.
i. Tidak
disusui.
j. Bayi
dengan kelebihan berat badan atau obesitas.
2.4 Gambaran Klinis
1. Tidak
dapat diprediksi, tidak dapat dicegah dan kejadian yang tidak dapat dijelaskan.
Bayi terlihat sehat tanpa ada distress atau penyakit lain sebelum kejadian.
2. Kematian
timbul cepat pada saat bayi tidur.
3. Bayi
tidak menangis.
4. Bayi
biasanya gizi baik dan sehat sebelum meninggal.
2.5 Diagnosa
Semakin
banyak bukti bahwa bayi dengan resiko SIDS mempunyai cacat fisiologik sebelum
lahir. Pada neonatus dapat di temukan nilai APGAR yang rendah dan abnormalitas
kontrol respirasi, denyut jantung dan suhu tubuh, serta dapat pula mengalami
retardasi pertumbuhan pasca natal. SIDS didiagnosis jika seorang bayi yang
tampaknya sehat tiba-tiba meninggal dan hasil otopsi, pemeriksaan tempat kematian dan pemeriksaan riwayat medis bayi dan
keluarganya tidak menunjukkan adanya penyebab kematian yang jelas.
2.6 Pemeriksaan dan Tes
1. Tes
laboratorium postmortem (setelah meninggal) semuanya dalam keadaan normal.
2. Autopsy
untuk mengetahui apakah ada abnormalitas pada CNS/SSP, jantung, paru, organ
lainnya atau adanya infeksi.
3. Investigasi
pada tempat kejadian antara lain wawancara orang tua, pengasuh, dan anggota
keluarga lain, mengumpulkan bukti dari tempat kejadian dan mengevaluasi
informasi tersebut.
Anamnesa yang bisa
ditanyakan pada orang tua dan pengasuh antara lain dimana bayi ditemukan, posisi
bayi saat ditemukan, kapan bayi terakhir dicek, kapan terakhir bayi makan atau disusui,
bagaimana bayi saat tidur, apakah ada tanda-tanda bayi sakit menjelang
kematian, dan apakah ada riwayat minum obat sebelumnya.
2.7 Pencegahan
1. Orangtua
tidak diperkenankan merokok di dekat bayi. Keracunan asap nikotin sangat
berbahaya bagi kondisi paru -paru dan jantung bayi.
2. Tidak
membiarkan bayi tidur sendirian tanpa pengawasan berkala. Sebaiknya orang tua sering-sering memperhatikan posisi tidur bayi. Hal ini terutama pada bayi yang sudah mulai
bisa tengkurap dan aktif bergerak.
3. Hindari
penggunaan selimut ringan di tubuhnya bila bayi sudah bisa mengangkat kaki,
sering terjadi selimut tertarik kearah wajah dan menutup hidung bayi.
4. Pakaikan
pakaian tidur lengkap kepada bayi sehingga tidak perlu lagi untuk menggunakan
selimut. Tetapi seandainya tetap diperlukan selimut sebaiknya kaki bayi berada
di ujung ranjangnya, selimutnya tidak lebih tinggi dari dada si bayi, dan ujung
bawah selimut yang ke arah kaki bayi diselipkan di bawah kasur atau matras
sehingga terhimpit.
5. Memeluk
bayi atau menyusui bayi dalam kondisi mengantuk berat sebaiknnya dihindari,
bahaya bila hidung bayi tertindih payudara ibu dan tidak bisa bernafas.
6. Jangan
meninggalkan bayi dalam posisi tidur tengkurap dalam waktu lama tanpa
pengawasan, sebaiknya tidurkan bayi terlentang.
7. Menidurkan
bayi di dalam boks harus dipastikan tidak ada kisi-kisi atau celah yang dapat
membuat bayi terjepit maupun terjatuh.
8. Tidak
membiarkan bayi kedinginan karena dibaringkan di lantai dengan alas tipis,
terkena kipas angin, atau suhu AC yang dingin (suhu aman AC untuk bayi
baru lahir berkisar antara 28 atau 29), kenakan topi pada kepala bayi, sarung
kaki dan tangan. Suhu tubuh bayi < 36,50C atau > 37,50C
perlu diwaspadai.
9. Pastikan
dalam kamar bayi cukup sirkulasi udara, tidak menggunakan pengharum
ruangan atau obat nyamuk sprayer maupun bakar di ruang tidur bayi. Begitu pula
kamar yang masih berbau cat, tidak baik untuk pernafasan bayi.
10. Tidak
diperbolehkan mengganjal dot bayi pada mulutnya dengan alasan apapun, sebaiknya
memberi minum bayi harus dalam keadaan bayi bangun, dan dipangku dengan
posisi setengah duduk kemudian disendawakan sebelum ditidurkan untuk mencegah
bayi tersedak dan gumoh.
11. Suhu
kamar yang pengap dan panas bukan tempat yang aman untuk menidurkan bayi.
12. Tidak
diperkenankan membawa bayi berlama-lama di bengkel atau di tempat parkir
yang penuh sesak kendaraan bermotor. Asap kendaraan sangat bahaya bagi paru-paru
bayi. Bila ingin belanja di pusat perbelanjaan, ibu yang menggendong bayi
sebaiknya tidak ikut masuk ke area parkir.
13. Menggendong
bayi dengan kain dan bepergian dalam waktu tempuh yang jauh dan lama sebaiknya
dihindari. Angin yang kencang dan berada dalam selimut selama perjalanan sangat
berisiko bayi kekurangan oksigen.
14. Perhatikan
gerak gerik kakaknya yang masih kecil saat berada didekatnya walau mungkin sedang
ingin mengajaknya bermain.
15. Bila
di rumah bayi ditinggalkan bersama pengasuh atau pembantu, sampaikan pesan tips
menjaga keselamatan bayi ini dan cara menghubungi ibu atau keluarga terdekat bila
terjadi sesuatu.
2.8
Penanganan
1. Saat
di Rumah
Hubungi bagian gawat
darurat rumah sakit, jika ada orang tua atau pengasuh yang pernah diajarkan CPR
(Cardiopulmonary Resuscitation) bayi, harus segera dilakukan CPR sebelum
paramedis datang atau sebelum sampai di rumah sakit.
2. Saat
Tiba Paramedis
Oleh tim emergency
sesuai pediatric advanced life support protocols yaitu penanganan dengan
melakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru) dengan langkah-langkah A-B-C yaitu:
a.
Airway (Jalan Nafas)
1) Buka
jalan napas.
Miringkan kepala ke
belakang, angkat dagu dengan posisi jari di belakang tulang rahang, kemudian
buka mulut menggunakan ibu jari di belakang gigi geraham terakhir.
2) Lihat,
dengar, dan rasakan pernapasan.
3) Hisap
cairan sekresi atau muntah.
4) Masukkan
alat bantu jalan napas.
Memasang selang
nasofaring, guedel, atau ETT (Endotracheal Tube).
b.
Breathing (Pernapasan)
1) Beri
oksigen murni, nilai kembali pernapasan setelah jalan napas dibebaskan.
2) Berikan
napas buatan bila pasien tidak bernapas dengan beberapa cara yaitu ambu bag ke
sungkup, mulut ke sungkup, mulut ke mulut (dengan penghalang kasa), atau
ambubag ke ETT .
3) Lanjutkan
pernapasan 10-12 kali per menit sampai pasien bernapas spontan.
c.
Circulation (Peredaran Darah)
1) Periksa
nadi karotis (bila tidak ada denyut, lakukan kompresi dada).
2) Letakkan
tangan degan posisi tumit tangan pertama pada bagian tengah, pertengahan bawah
dada di antara putting, tangan kedua di atasnya.
3) Lakukan
kompresi (tekan sternum 4-5 cm atau 1,5-2 inci). Bila 1 penolong, berikan 15
kompresi dalam 10 detik diikuti dengan 2 napas buatan. Bila 2 penolong, berikan
5 kompresi dalam 3 detik diikuti dengan 1 napas buatan.
4) Hentikan
RJP setelah 1 menit dan setiap 1-2 menit untuk memeriksa pernapasan spontan dan
denyut nadi.
5) Lanjutkan
RJP sampai pasien merespon atau minimal 30 menit.
6) Pasang
monitor EKG bila tersedia, dan lanjutkan RJP.
2.9
Konseling Kepada Orang Tua
1. Berikan
dukungan dan dorongan kepada orang tua, biarkan orang tua mengungkapkan rasa
dukanya.
2. Berikan
penjelasan mengenai SIDS bahwa tidak ada tanda atau gejala yang dapat dikenali
atau dicegah dan berikan kesempatan kepada orang tua untuk mengungkapkan
pertanyaan mereka.
3. Beri
pengertian pada orang tua bahwa perasaan yang mereka rasakan adalah hal yang
wajar dan jangan menyalahkan diri sendiri karena kehilangan anak akibat SIDS
bukan kesalahan orang tua.
4. Jika
kemudian
ibu melahirkan bayi lagi, beri dukungan pada orang tua selama beberapa
bulan pertama paling tidak sampai melewati usia bayi yang meninggal
sebelumnya.
5. Bantu
orang tua untuk mengatur jadwal untuk melakukan konseling.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) atau bila diterjemahkan menjadi
sindroma kematian
bayi mendadak diartikan sebagai kematian mendadak pada bayi berusia kurang
dari 1 tahun yang tidak dapat dijelaskan penyebab kematiannya baik setelah
dilakukan otopsi menyeluruh, pemeriksaan tempat kematian dan pemeriksaan riwayat medis bayi dan
keluarganya. Meskipun belum diketahui secara pasti penyebab
SIDS, namun ada beberapa cara pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya SIDS.
3.2 Saran
Meskipun
sindroma ini terjadi kurang lebih 4 dari 1000 kelahiran hidup, diharapkan setiap
orang tua tidak menganggap remeh sindroma ini karena sekarang jumlah kasusnya
lumayan banyak dan dapat berakibat vatal pada bayi. Oleh sebab itu, diperlukan
perhatian yang khusus oleh orang tua dalam merawat bayinya.
0 komentar:
Post a Comment